Pembalsem Mayat Menemukan Banyak Gumpalan Berserat Panjang Yang Tidak Memiliki Karakteristik Post-Mortem
Beberapa pembalsem mayat di seluruh Amerika Serikat telah mengamati banyak gumpalan beku berukuran besar, dan terkadang sangat panjang, “berserat” dan seperti karet di dalam jenazah-jenazah yang mereka tangani, dan memberitahukan tentang apa yang mereka temukan.
Banyak pembalsem dari berbagai negara bagian mengkonfirmasi kepada The Epoch Times bahwa mereka telah melihat gumpalan aneh ini, mulai dari tahun 2020 atau 2021.
Belum diketahui pasti penyebab fenomena baru gumpalan dalam tubuh ini disebabkan oleh COVID-19, vaksin, keduanya, atau sesuatu yang berbeda sama sekali.
The Epoch Times menerima video dan foto tambahan dari anomali gumpalan-gumpalan ini, tetapi tidak dapat mengunggahnya karena terlalu grafik.
Mike Adams, yang menjalankan laboratorium terakreditasi ISO-17025 di Texas, menganalisis gumpalan beku pada bulan Agustus dan menemukan bahwa gumpalan-gumpalan ini terdapat kekurangan zat besi, kalium, magnesium, dan zinc (seng).
Laboratorium Adams menggunakan spektrometri massa plasma berpasangan induktif (ICP-MS), spektrometer massa rangkap tiga, dan spektrometri massa kromatografi cair, biasanya menguji zat makanan untuk kandungan logam, pestisida, dan glifosat.
“Kami telah menguji salah satu gumpalan darah beku dari pembalseman Richard Hirschman, melalui ICP-MS. Juga diuji berdampingan, darah dari manusia hidup yang tidak divaksinasi,” kata Adams kepada The Epoch Times.
Dia menemukan bahwa gumpalan-gumpalan tersebut kekurangan elemen penting yang terkandung dalam darah manusia yang sehat, seperti zat besi, kalium, dan magnesium, menunjukkan bahwa mereka terbentuk dari sesuatu faktor lain selain darah.
Adams bergabung dengan perkumpulan analitik dengan lebih banyak dokter dan berencana untuk berinvestasi dari dana mereka sendiri dalam peralatan untuk menentukan lebih lanjut komposisi dan menyelidiki kemungkinan penyebab dari fenomena ini.
Struktur yang seperti tali yang berbeda dalam ukuran, tetapi yang terpanjang bisa sepanjang tungkai kaki manusia dan yang paling tebal bisa setebal jari kelingking.
Peningkatan Drastis Ditemukannya Gumpalan
Richard Hirschman, seorang direktur pemakaman dan pembalsem berlisensi di Alabama, mengenang bahwa ia telah berkecimpung dalam bidang ini sejak tragedi 9/11 (11-9-2001).
“Sebelum tahun 2020, 2021, kita mungkin melihat sekitar 5 hingga 10 persen dari jenazah yang kita balsem [memiliki] pembekuan darah (blood clot),” kata Hirschman kepada The Epoch Times.
“Kami akrab dengan apa itu blood clot (pembekuan darah), dan kami harus mengatasinya dari waktu ke waktu,” katanya.
Dia mengatakan bahwa sekarang, 50 persen hingga 70 persen dari jenazah yang dia lihat memiliki clot.
“Bagi saya untuk membalsem tubuh tanpa gumpalan, seperti yang terjadi pada saat itu, sebelum semua hal ini … Ini jarang terjadi,” kata Hirschman.
"Sekarang untuk membalsem tubuh tanpa gumpalan darah beku menjadi kekecualian," katanya.
Analisis Gumpalan Darah Beku
Bagan di bawah ini menunjukkan perbedaan antara darah yang tidak divaksinasi dan gumpalan yang diuji dengan ICP-MS, menurut analisis Adams.
Element Blood (Unvaccinated) Clot
Mg (Magnesium) 35 ppm 1.7 ppm
K (Potassium) 1,893 ppm 12.5 ppm
Fe (Iron) 462 ppm 20.6 ppm
Cu (Copper) 1 ppm 0.3 ppm
Zn (Zinc) 7.9 ppm 2.4 ppm
Al (Aluminum) 1.3 ppm 1.6 ppm
Na (Sodium) 1,050 ppm 1,500 ppm
C (Carbon) 137,288 ppb 152,845 ppb
Ca (Calcium) 74 ppm 23.8 ppm
Sn (Tin) 163 ppb 943 ppb
Cl (Chlorine) 930,000 ppb 290,000 ppb
P (Phosphorus) 1,130 ppm 4,900 ppm
* Salinan di atas tidak diterjemahkan dan masih dalam format aslinya (standar di Amerika Serikat).
“Perhatikan bahwa penanda unsur utama darah manusia seperti zat besi tidak ada dalam gumpalan (yang hanya terdiri dari 4,4 persen darah). Gambaran yang sama juga didapatkan pada magnesium, potasium, dan zinc. Ini adalah penanda yang jelas untuk darah manusia. Darah manusia yang hidup akan selalu memiliki zat besi yang tinggi, atau orang tersebut akan meninggal. Gumpalan darah beku ini hampir tidak memiliki zat besi, atau magnesium, dll.,” kata Adams kepada The Epoch Times.
Wade Hamilton, seorang ahli jantung yang akrab dengan pembekuan gumpalan darah, mengatakan kepada The Epoch Times: “Fakta yang menunjukkan bahwa magnesium, kalium, dan zat besi sangat rendah dalam sampel dapat menunjukkan bahwa itu bukan gumpalan darah beku dari post-mortem seperti biasa, yang menunjukkan tidak adanya aliran darah di pembuluh ini. Struktur ini menimbulkan tetapi tidak sepenuhnya menjawab beberapa pertanyaan yang menarik.”
“Kombinasi elektrolit rendah dan struktur seperti tali yang sangat kuat menunjukkan bahwa area di mana struktur seperti tali terlihat di pembuluh darah tidak menerima sirkulasi darah. Itu bukan temuan post-mortem ‘normal’ menurut pembalsem berpengalaman yang bertekad mendapatkan akses total pembuluh darah tubuh dari satu tempat, yang karena ‘gumpalan darah beku’ yang tidak normal, mereka tidak dapat melakukannya,” tambahnya.
“Itu bukan darah beku post-mortem normal, tetapi benang-benang kecil yang panjang ini mungkin malah yang menjadi penyebab kematian, menghalangi sirkulasi ke daerah tersebut. Lainnya telah menunjukkan bahwa spike protein dapat dan memang membuka dan membentuk konfigurasi yang berbeda, berkontribusi pada struktur ikatan seperti tali yang ketat dengan puntiran longitudinal serta pengikatan silang, terlihat dengan mikroskop, masing-masing mengukur diameter angstrom—dibutuhkan 25.400.000 angstrom untuk membentuk ukuran 2.5 cm—kapiler tipikal adalah sekitar 5 mikron, jadi banyak tali diperlukan untuk memblok satu pembuluh darah.”
Proses pembalseman juga menjadi jauh lebih sulit, menyebabkan beberapa pembalsem harus mengalirkan darah melalui beberapa titik, bukan satu titik.
‘Belum Pernah Terlihat’ Sebelumnya
“Dalam 20 tahun pembalseman, saya belum pernah melihat struktur berserat putih ini di dalam darah, atau pembalsem yang lain di bidang ini. Dalam satu tahun terakhir, saya telah melihat gumpalan aneh ini pada banyak individu yang berbeda, dan tampaknya tidak masalah apa penyebab kematian mereka, mereka sering memiliki zat serupa dalam darah mereka. Ini membuat saya sangat prihatin karena jika ada yang salah dalam darah, timbul pertanyaan: apakah ada sesuatu yang menyebabkan orang meninggal secara prematur?” kata Hirschman.
“Ketika musim panas [tahun 2021] berlangsung, kematian akibat COVID menurun, tetapi gumpalan ini meningkat jumlahnya. Kecurigaan saya adalah bahwa vaksin mungkin yang menjadi penyebab gumpalan-gumpalan aneh ini. Saya menyadari bahwa saya bukan seorang dokter atau ilmuwan, tetapi saya tahu seperti apa darah itu dan saya sangat akrab dengan proses pembalseman yang telah saya lakukan selama dua dekade. Saya tidak tahu 100 persen apa yang menyebabkan gumpalan ini, tetapi saya tahu dari pengalaman saya dan melalui pembicaraan dengan beberapa pembalsem lainnya1 dan direktur pemakaman lainnya, tidak satu pun dari kami yang pernah melihat gumpalan aneh ini sebelumnya.”
Hirschman mengirim gumpalan-gumpalan ini ke beberapa ahli patologi dan mengklaim bahwa beberapa dari mereka telah “mengabaikan” mereka, mungkin karena takut akan pembalasan.
Dia telah membalsem ribuan jenazah dan sangat akrab dengan darah, dan dia merasa bahwa darah dari sebagian besar tubuh yang dia lihat dalam dua tahun terakhir “telah berubah.”
Hirschman tidak takut kehilangan pekerjaannya karena dia adalah seorang pembalsem wiraswasta mandiri dan tidak bekerja di rumah duka, tetapi juga berhati-hati untuk tidak mengungkapkan di mana tepatnya dia bekerja.
“Mereka bahkan tidak mati karena COVID. Mereka sekarat karena serangan jantung mendadak, stroke, kanker. Tampaknya tidak membuat perbedaan apa yang menjadi penyebab kematian orang-orang ini, begitu banyak dari mereka memiliki anomali yang sama di dalam darah mereka.”
“Darahnya berbeda. Sesuatu menyebabkan darah mereka berubah. Dan tujuan saya mencoba untuk memberitahukan hal ini adalah untuk mencoba mengatakan: lihat, ada yang salah. Mari kita cari tahu apa penyebabnya sehingga mungkin kita dapat menemukan cara untuk membantu memecahkan masalah ini dan menyelamatkan nyawa orang lain,” kata Hirschman.
“Jika bukan vaksin, tidak soal! Jadi apa penyebabnya? Mari kita cari tahu, karena ada sesuatu yang menyebabkannya dan itu tidak sehat.”
Status Vaksinasi
Hirschman tidak selalu dapat berbicara dengan keluarga jenazah tetapi dengan tekun terus berupaya memastikan apakah jenazah orang-orang dengan gumpalan telah divaksinasi.
Rumah duka terkadang mengetahui status vaksinasi orang yang meninggal dan memberitahunya; kadang-kadang mungkin juga orang tersebut divaksinasi dan tidak memberi tahu pihak keluarga.
“Saya melihat seorang pria berusia 49 tahun, benar-benar sehat bersiap-siap untuk bekerja, mendadak meninggal. Hal berikutnya yang Anda tahu, saya membalsem dia, dan coba tebak apa yang saya tarik darinya? Hal yang sama. Hal yang sama! Dia baik-baik saja, benar-benar sehat. Terkejut semua orang. Cari tahu, oh, ya. Tidak hanya dia divaksinasi, dia juga menerima suntikan booster,” kenang Hirschman.
Dia juga menyatakan bahwa dia menemukan “hal yang sama” pada seorang pria yang mengalami stroke saat tidur dan yang meninggal karena kanker.
“Saya berbicara dengan seorang pembalsem di Louisiana dan dia mengatakan hal yang sama,” kata Hirschman. “Kadang tidak besar, ada jenis anomali lain, ada yang kecil, kadang seperti bintik kecil, seperti potongan pasir atau ampas kopi.”
Hirschman menjelaskan detail tubuh jenazah yang telah dia balsem dalam beberapa tahun terakhir:
2018 total jenazah: 410
Kuartal 1 90Kuartal 2 77
Kuartal ke-3 110
Kuartal ke-4 133
2019 total jenazah: 439
Kuartal 1 95
Kuartal 2 76
Kuartal 3 101
Kuartal 4 167
2020 total jenazah: 572
Kuartal 1 130
Kuartal ke-2 60
Kuartal 3 166
Kuartal 4 216
2021 total jenazah: 632
Kuartal 1 198
Kuartal ke-2 91
Kuartal 3 164
Kuartal ke-4 179 (9 Nov./ 19 menggumpal; 19 Des./ 40 menggumpal)
2022 total jenazah sejauh ini: 364
Kuartal 1 146 (38 tidak menggumpal, 67 gumpalan berat, 20 dikonfirmasi divaksinasi)
Kuartal ke-2 90 (11 tidak menggumpal, 38 gumpalan berat, 21 dikonfirmasi divaksinasi)
Kuartal 3 128 (19 tidak menggumpal, 51 gumpalan berat, 15 dikonfirmasi divaksinasi)
Pembalsem Mayat Lainnya
Wallace Hooker adalah seorang ahli pembalsem yang mengajar di tingkat nasional maupun internasional. Dia memiliki kehadiran yang signifikan di media sosial, terutama di beberapa situs web pembalseman pribadi.
Hooker melihat sekitar 300 mayat setahun, dan telah melihat banyak gumpalan dari jenis yang sama yang dimiliki Hirschman.
Dia mengatakan kepada The Epoch Times bahwa “orang-orang melihat [gumpalan darah] ini, hanya saja bukan Richard dan saya dan Anna [Foster],” pembalsem lainnya.
“Saya menerima banyak kiriman foto setiap minggu dari begitu banyak orang dari apa yang mereka lihat,” kata Hooker.
Setelah dia menyatakan bahwa dia curiga vaksin itu ada hubungannya dengan gumpalan, dia diberhentikan oleh beberapa orang yang mengatakan dia bukan dokter yang memenuhi syarat yang bisa mengomentari penyebabnya.
Hooker juga menduga bahwa apa yang disebut Sindrom Kematian Mendadak Orang Dewasa (Sudden Adult Death Syndrome) mungkin ada hubungannya dengan gumpalan ini.
Hooker tinggal di daerah daerah yang konservatif, dan dari pengamatannya, lebih sedikit orang di sana yang divaksinasi dibandingkan dengan orang-orang di kota-kota besar.
“Setidaknya 25 persen dari apa yang saya balsem menunjukkan pembekuan yang signifikan,” kata Hooker.
Dia juga mencatat bahwa beberapa pembalsem dengan keterampilan yang lebih rendah mungkin tidak menemukan gumpalan setelah pengeringan dan ahli patologi yang melakukan otopsi pada tubuh mungkin tidak melakukan pemeriksaan penuh pada sistem vaskular.
“Beberapa pembalsem tidak melakukan pembalseman menyeluruh. Banyak bekerja untuk perusahaan perusahaan yang sama sekali tidak mengizinkan ponsel di ruang pembalseman. Mereka tidak mengizinkan pengambilan foto, dan itu dapat menjadi alasan untuk pemecatan. Saya sudah berbicara dengan orang-orang ini yang bekerja untuk perusahaan-perusahaan ini,” katanya lebih lanjut.
Anna Foster, direktur pemakaman berlisensi dari Missouri, menjelaskan bahwa dia mulai lebih sering melihat gumpalan dan dengan ukuran lebih besar setelah pandemi COVID dimulai.
“Saya sering duduk bersama keluarga untuk membuat pengaturan. Keluarga cenderung memberi tahu kami tentang kemungkinan kematian individu tersebut, dan mengetahui saya membalsem orang itu malam sebelumnya membuat saya melacak kasus-kasus ini,” kata Foster kepada The Epoch Times.
“Awalnya tidak ada yang terdiagnosis COVID, tapi semuanya sudah divaksin. Lalu ada beberapa yang terkena COVID tapi tidak baru-baru ini, dan mereka juga divaksinasi,” lanjutnya.
“Sebagian besar individu yang saya balsem dan melihat perubahan ini berusia di atas 75 tahun dan tinggal di fasilitas perawatan, kecuali dua pria berusia awal lima puluhan. Salah satu dari pria ini adalah teman kami, dan dia menerima vaksinasi, dan setelah dosis kedua, dia mulai merasa sakit. Istrinya membawanya ke dokter keluarga mereka, dan dokter segera mengirimnya ke UGD karena dia menunjukkan tanda-tanda ada penggumpalan darah atau serangan jantung. Dia mengalami serangan jantung saat ditransfer, dan dia meninggal tak lama setelah itu. Dia dibalsem tepat setelah kematian, dan pembekuannya sejauh ini tidak dapat dijelaskan, dan saat itulah saya mulai merasa sangat khawatir tentang vaksinasi ini dan membatalkan pikiran saya untuk menerima vaksinasi untuk saya sendiri,” kata Foster.
Dalam satu kasus, dia mengeluarkan gumpalan yang panjangnya 61 cm dan “beberapa lagi” yang paling sedikit berukuran 30 cm—dari tubuh jenazah yang sama.
“Saya tahu sebelum vaksinasi, kasus pembalseman yang saya lakukan tidak memiliki jumlah pembekuan yang saya lihat seperti sekarang ini, dan sangat jarang Anda menemukan banyak dengan fibrin yang menempel; sekarang, setidaknya sepuluh kali lipat, jika tidak lebih,” katanya.
Gumpalan-gumpalan Aneh
Larry Mills, seorang pembalsem berlisensi dan direktur pemakaman di negara bagian Alabama, telah berkecimpung dalam bisnis pemakaman sejak 1968 dan telah terlibat dengan prosedur pembalseman sejak awal karirnya.
“Kami sebagai pembalsem melihat beberapa gumpalan aneh sejak wabah COVID. Gumpalan ini terasa sangat kenyal dan sangat lama keluar dari pembuluh darah yang kita gunakan selama prosedur pembalseman. Mereka benar-benar tampak seperti cacing tanah. Saya belum pernah melihat ini dalam karir saya sampai sekarang,” kata Mills kepada The Epoch Times.
Direktur pemakaman atau pembalsem lainnya ingin menjaga anonimitas, karena mereka tidak tahu bagaimana rumah pemakaman akan bereaksi.
“Saya dapat memberi tahu Anda dengan pasti bahwa gumpalan darah yang ditunjukkan Richard secara online adalah fenomena yang belum pernah saya saksikan hingga mungkin pertengahan tahun lalu. Itu saja yang dapat saya katakan tentang itu. Saya tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang menyebabkan gumpalan, tetapi mereka tampaknya mulai muncul sekitar pertengahan tahun 2021,” pembalsem lain, yang berlisensi sejak sekitar tahun 2001, mengatakan kepada The Epoch Times.
“Anda dapat yakin bahwa gumpalan yang kami lihat bukanlah sesuatu yang pernah kami lihat sebelum tahun lalu,” tambahnya.
Seorang direktur pemakaman berlisensi dan pembalseman magang yang telah berkecimpung dalam industri pemakaman selama lebih dari 3 tahun telah berpartisipasi dalam lebih dari 200 pembalseman.
“Selama Mei 2021, proses pembalseman menjadi lebih sulit. Pengeluaran darah yang normal hampir terhenti oleh darah kental seperti jeli. Alih-alih, darah yang mengalir secara normal ke bawah meja, itu sangat kental. Sangat tebal, sehingga sulit untuk mencuci meja tanpa bantuan,” katanya kepada The Epoch Times.
Seiring berjalannya waktu sejak vaksin didistribusikan, dia telah melihat lebih banyak “darah kental” serta “gumpalan seperti serat yang kental.”
Gumpalan tidak hanya membekukan pembuluh darah tetapi juga arteri.
Dia menjelaskan, pembalseman normal biasanya memakan waktu sekitar dua jam, tapi sekarang bisa sampai empat jam.
“Distribusi cairan arteri tersumbat oleh gumpalan ini dan membuat pekerjaan saya menjadi lebih sulit. Gumpalan itu begitu besar dan tebal sehingga dengan aliran larutan arteri, pemijatan dan manipulasi arteri atau vena diperlukan untuk mengeluarkannya,” lanjutnya. “Saya dapat mengeluarkan beberapa gumpalan besar dengan bantuan alat forsep.”
“Banyak keluarga telah melaporkan kematian orang yang mereka cintai sebagai serangan jantung mendadak, emboli, dan blood clot (pembekuan darah). Banyak keluarga telah menyatakan, bahwa anggota keluarga mereka tidak memiliki masalah kesehatan sebelum menerima vaksin. Saya sendiri sudah divaksinasi, begitu juga dengan orang tua saya. Ayah saya divaksinasi dengan vaksin Moderna, dua minggu kemudian dia menjalani operasi darurat untuk pembekuan darah di arteri popliteanya. Setelah dosis vaksin kedua, dia dirawat di rumah sakit dengan lebih banyak gumpalan darah, dia menjalani operasi untuk kedua kalinya, dan ketiga kalinya dia hampir meninggal. Ayah saya harus menjalani bypass total di kakinya,” katanya.
“Selama ayah saya dirawat inap, ayah sahabat dekat saya menjalani operasi darurat di rumah sakit yang sama untuk serangan jantung (massive heart attack), yang dideritanya beberapa minggu setelah menerima vaksinasi.”
“Ayah saya sekarang menderita kerusakan saraf dan kehilangan fungsi di kakinya. Setelah ibu saya menerima vaksin Moderna, dia menderita komplikasi gagal katup jantung, dan operasi untuk blood clot di arterinya. Saya telah didiagnosis, dengan efusi perikardial dari katup trikuspid dan saya juga menderita miokarditis. Saya mulai mengalami rasa nyeri yang tajam di dada, sesak napas, dan makin lama makin memburuk. Saya pergi ke ruang gawat darurat dan menindaklanjuti dengan ahli jantung, yang mendiagnosis saya. Tekanan darah saya berada pada titik tertinggi sepanjang masa. Saya adalah orang yang sangat sehat sampai saya menerima vaksin Moderna,” tambahnya.
The Epoch Times menghubungi Moderna untuk memberikan komentar.
Tiga pembalsem lainnya juga dikonfirmasi melalui telepon telah menyaksikan adanya anomali gumpalan yang sama.
Penjelasan Dari Kemungkinan Penyebabnya: Dokter
“Gumpalan darah yang sangat besar yang dikeluarkan sebelum dan sesudah kematian tidak seperti apa pun yang pernah kita lihat dalam kedokteran,” Dr. James Thorp, seorang ahli kedokteran ibu-janin yang telah mengamati anomali pada wanita hamil dan janin, mengatakan kepada The Epoch Times.
“Vaksin COVID-19 mengalihkan energi dari proses fisiologis dalam tubuh menuju produksi spike protein yang beracun,” kata Thorp. “Ini mengarahkan energi menjauh dari proses normal pencernaan internal yang juga dikenal sebagai autophagy. Hal ini menyebabkan protein salah lipat dan penyebaran gumpalan darah intravaskular besar dan juga berbagai penyakit terkait termasuk penyakit prion, Creutzfeldt-Jakob disease, amiloidosis, dan demensia termasuk Alzheimer dan lain-lain. Meskipun ada kemungkinan bahwa penyakit COVID-19 itu sendiri berpotensi berkontribusi pada penyakit ini, kemungkinannya kecil dan jika memang benar demikian, efek vaksin akan 100 hingga 1.000 kali lipat lebih besar daripada penyakit COVID-19 itu sendiri.”
Hamilton menambahkan: “Penjelasan dari kemungkinan lain dari elektrolit rendah adalah bahwa mereka telah diambil dan terikat pada toksin sebagai bagian dari proses yang gagal untuk membuang ‘toksin,’ seperti ketika Vitamin B-12 diturunkan pada pasien yang menggunakan obat anti-psikotik sebagai upaya tubuh untuk menyingkirkan obat, terikat B-12 sebagai langkah dalam eliminasi. Setiap racun harus terikat pada elektrolit untuk keluar dari tubuh.”
Hamilton berpikir bahwa akumulasi luar biasa dari tali-tali ini yang “hampir sekuat baja” dapat menyebabkan kegagalan multi-organ dan kematian.
“Istilah amiloid sebelumnya telah digunakan untuk menggambarkan sejumlah kondisi patologis pada organ yang sakit dan merupakan penyebab kematian pada kondisi genetik langka amiloidosis. Hal ini tidak pernah menjadi sesuatu hal normal. Apakah akumulasi parsial dari ribuan struktur seperti tali dapat menyebabkan kelelahan berdasarkan penurunan aliran darah, brain fog, atau kematian mendadak pada orang dewasa ini adalah spekulatif, tetapi tentu saja ada kemungkinannya,” kata Hamilton.
“Para ahli patologi perlu melakukan pemeriksaan yang lebih rinci daripada yang rutin dilakukan untuk menjawab pertanyaan ini. Proses ini, misalnya, dapat menyebabkan infark miokard akut dengan peningkatan enzim pada pemain sepak bola muda tanpa temuan anatomi yang jelas.
Dr. Sherri Tenpenny, yang telah menganalisis reaksi negatif vaksin selama sekitar tiga dekade, juga berpendapat bahwa gumpalan itu ada hubungannya dengan protein amiloid.
“Tampaknya jawabannya datang langsung melalui jarum itu. Penyakit spike protein, yang menyebabkan pengendapan amiloid di organ dan mengisi arteri dan vena,” kata Tenpenny kepada The Epoch Times.
“Spike protein juga berinteraksi dengan trombosit dan fibrinogen, mengganggu aliran darah, juga mengarah langsung ke hiperkoagulasi. Ketika protein lonjakan dicampur dengan protein darah lainnya, struktur seperti amiloid gabungan itu resisten terhadap enzim yang biasanya akan memecah gumpalan (disebut gangguan fibrinolisis),” tambahnya.
“Ini mengarah pada persistensi sejumlah besar gumpalan mikro di pembuluh darah kecil di seluruh tubuh yang disebut kapiler. Jutaan dari gumpalan kecil ini secara efektif memblokir perjalanan sel darah merah ke dalam jaringan, mengurangi pertukaran oksigen dan menyebabkan kegagalan sistem multiorgan.”
Diterjemahkan secara bebas dari Embalmers Have Been Finding Numerous Long, Fibrous Clots That Lack Post-Mortem Characteristics, Enrico Trigoso, 5 September 2022.
https://1819news.com/news/item/embalmer-discovers-over-100-cases-of-strange-clots-in-people-since-release-of-covid-19-vaccine