Warisan dari gerakan hak-hak sipil, di mana begitu banyak orang berjuang dan mati, tergantung pada seutas benang. Kenapa? Ekuitas.
Pada tahun 2018, California memberlakukan SB 826 yang sangat tidak konstitusional, yang mengharuskan perusahaan publik untuk memiliki jumlah wanita yang dimandatkan negara di dewan direktur mereka—satu lebih sedikit dari mayoritas untuk dewan berjumlah ganjil, dan setengah untuk dewan berjumlah genap.
Sekarang paku terakhir telah menutup peti mati Undang-Undang Hak Sipil. California memberlakukan AB 979 pada tahun 2020 untuk mewajibkan jumlah minimum "komunitas yang kurang terwakili" juga untuk mendapatkan posisi di dewan direktur perusahaan-perusahaan yang sama. Itu berarti dewan harus berisi sejumlah anggota yang mewakili etnis minoritas dan orientasi seksual non-tradisional.
Kesalahan bagi mereka yang mengira gerombolan sayap kiri akan berhenti menuntut saat para wanita menerima jumlah kursi yang dijamin hanya karena didasarkan jenis kelamin. Beberapa kelompok [organisasi massa] mengajukan tuntutan hukum agar aktivis progresif tersebut dihentikan dari memaksakan kebijakan yang tidak konstitusional ini - melalui kasus-kasus seperti Pusat Penelitian Kebijakan Publik v. Weber, Pusat Penelitian Kebijakan Publik Nasional v. SEC, dan gugatan kelompok Judicial Watch terhadap California.
Gerakan Hak-Hak Sipil Dihancurkan
Seseorang tidak bisa untuk tidak menangisi gerakan hak-hak sipil. Pengorbanan, kehilangan, dan keberanian yang luar biasa yang mendorong janji persatuan yang lebih sempurna—martabat, rasa hormat, dan kesetaraan bagi semua orang—telah ternodai. Kefanatikan, rasisme, dan seksisme mencolok sekarang setara dengan jalannya gerakan ini.
Presiden Amerika Serikat saat ini [Joe Biden] mengumumkan bahwa dia hanya akan mempertimbangkan seorang wanita kulit hitam untuk menduduki lowongan baru di Mahkamah Agung AS. Ini seharusnya mengejutkan hati nurani, namun tampaknya tidak menjadi hal yang mengherankan lagi saat ini. Undang-undang baru-baru ini, pernyataan presiden, dan penerimaan masyarakat luas atas tindakan yang tidak sepantasnya ini menunjukkan bahwa kesetaraan telah disamakan dengan ekuitas.
'Ekuitas' Tidak Dapat Mengubah Matematika
Pada kenyataannya, kebijakan yang ditujukan untuk mencapai ekuitas—istilah umum untuk diskriminasi terang-terangan terhadap laki-laki, kulit putih, Kristen, heteroseksual, dan seringkali orang Asia yang lebih terimbas—benar-benar dimaksudkan untuk mengagungkan kelompok tertentu. Misalnya, banyak perusahaan memiliki inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah pemimpin senior kulit hitam dari persentase yang lebih rendah ke jumlah yang sangat tinggi—hingga 20 persen. Satu masalah: orang Amerika kulit hitam hanya berjumlah 13,4 persen dari populasi.
Kuota rasial dalam angkatan kerja menciptakan permainan zero-sum1. Perusahaan-perusahaan dapat mempekerjakan dan mempromosikan lebih banyak orang Amerika kulit hitam, tetapi mereka tidak dapat meningkatkan populasi kulit hitam secara keseluruhan. Semakin banyak orang Amerika kulit hitam mengambil peran kepemimpinan di Perusahaan A berarti semakin sedikit orang Amerika kulit hitam yang tersedia untuk Perusahaan B.
Hal yang sama dapat dikatakan tentang wanita di dunia kerja. Data sensus untuk tahun 2010 menunjukkan populasi AS sebanyak 308,7 juta—151,7 juta pria dan 156,9 juta wanita. Meskipun angka-angka ini sangat mirip, data Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan hanya 60 persen wanita berusia di atas 20 tahun yang berpartisipasi dalam angkatan kerja pada tahun 2010, dibandingkan dengan 74 persen pria. Mengetahui bahwa persentase yang lebih tinggi dari laki-laki berpartisipasi dalam angkatan kerja, hanya orang yang tidak mengerti matematika yang mencoba untuk memaksakan lingkungan kerja harus terdiri dari setengah bagian laki-laki dan setengah bagian perempuan.
Permainan Zero-sum
Sekali lagi, dengan mengenali angka-angka ini sebagai titik data yang mutlak, ini adalah permainan zero-sum di mana setiap organisasi yang berhasil menciptakan mimpi ekuitas yang salah arah dari setengah pria dan setengah wanita memastikan bahwa perusahaan lain tidak akan dapat mencapai hasil yang "setara" itu—hasil yang pada kenyataannya sebenarnya tidak proporsional dengan demografi tenaga kerja yang sebenarnya.
Masuk akal bahwa dewan yang benar-benar seimbang—yang secara akurat mewakili tenaga kerja—akan memiliki lebih banyak pria daripada wanita. Sementara beberapa orang mungkin mengatakan kesimpulan ini mengandung kebencian [terhadap wanita], yang lain harus mengakuinya sebagai fakta empiris berdasarkan data yang terbukti.
Kebijakan Ekuitas Tidak Adil
Mengesampingkan semua matematika, kebijakan seperti yang diterapkan di California dan di seluruh perusahaan swasta tidak adil dan sangat mungkin ilegal. Setidaknya itulah yang disimpulkan oleh Judicial Watch dan Free Enterprise Project dari Pusat Nasional untuk Penelitian Kebijakan Publik. Kedua kelompok telah mengajukan tuntutan hukum yang mengungkap hukum yang diberlakukan saat ini seperti apa adanya—rasis, seksis, dan diskriminatif di banyak bidang.
Kebijakan "progresif" ini merusak usaha Dr. Martin Luther King Jr dalam sejarah—berpihak kepada ras, jenis kelamin, dan orientasi seksual daripada isi dari karakter seseorang. Tuntutan-tuntutan hukum seperti ini mungkin sangat tidak populer di media massa utama hari ini, tetapi kemungkinan besar itu adalah harapan terakhir bagi bangsa ini untuk memastikan perlakuan yang adil dan setara bagi semua orang.
Diterjemahkan secara bebas dari How The Left’s Push For ‘Equity’ Is Destroying Equality, Joe Mobley, 23 Februari 2022
Joe Mobley adalah anggota dari Project 21 jaringan kepemimpinan orang hitam dan pembawa acara podcast “The Joe Mobley Show”
Suatu keadaan dimana keseluruhan perolehan diterima oleh satu pihak dan pihak lain tidak menerima apa-apa sama sekali.