Pensiunan Ahli Bedah Saraf, Theoritical Neuroscience Research, LLC - Penelitian Ilmu Saraf Teoritis, LLC, Ridgeland, Mississippi, Amerika Serikat.
*Penulis: Russell L. Blaylock, Theoretical Neuroscience Research, LLC, Ridgeland, Mississippi, Amerika Serikat. moc.liamg@7036yalB
Diterima 6 Februari 2022; Diakui 11 Februari 2022.
Hak Cipta : © 2022 Surgical Neurology International
Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah ketentuan Creative Commons Attribution-Non Commercial-Share Alike 4.0 License, yang memungkinkan orang lain untuk me-remix, mengubah, dan membangun karya non-komersial, selama nama penulis ditulis sebagai sumber dan artikel baru didaftarkan dengan persyaratan yang sama.
Pandemi COVID-19 adalah salah satu peristiwa penyakit menular yang paling dimanipulasi dalam sejarah, ditandai dengan kebohongan resmi dalam arus tak henti-hentinya yang dipimpin oleh birokrasi pemerintah, asosiasi medis, dewan medis, media, dan lembaga internasional.[3,6,57] Kami telah menyaksikan daftar panjang penyusupan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke dalam praktik medis, termasuk penyerangan terhadap ahli medis, penghancuran karir medis di antara para dokter yang menolak untuk berpartisipasi dalam membunuh pasien mereka dan pemaksaan besar-besaran dalam perawatan kesehatan, yang dipimpin oleh mereka yang tidak memiliki kualifikasi keahlian dalam bidang kesehatan dengan mengeruk kekayaan yang sangat besar, kekuasaan dan pengaruh.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah Amerika, seorang presiden, para gubernur, para walikota, para administrator rumah sakit, dan para birokrat federal berhak menentukan perawatan medis yang tidak berdasarkan pada informasi yang akurat secara ilmiah atau bahkan tidak berdasarkan pengalaman, melainkan memaksakan penerimaan bentuk perawatan khusus serta "pencegahan [pengobatan lain]" —termasuk remdesivir, penggunaan respirator dan akhirnya serangkaian vaksin RNA yang pada dasarnya belum teruji. Untuk pertama kalinya dalam sejarah perawatan medis, protokol tidak dirumuskan berdasarkan pengalaman dokter yang berhasil menangani jumlah pasien terbanyak, melainkan individu dan birokrasi yang tidak pernah merawat satu pasien sekalipun—termasuk Anthony Fauci, Bill Gates, EcoHealth Alliance, CDC, WHO, pejabat kesehatan masyarakat negara bagian dan administrator rumah sakit.[23,38]
Media (TV, surat kabar, majalah, dll), lembaga medis, dewan medis negara dan pemilik media sosial telah menunjuk diri mereka sendiri sebagai satu-satunya sumber informasi mengenai apa yang disebut "pandemi". Banyak situs web telah dihapus, dokter klinis yang sangat dipercaya dan berpengalaman serta pakar ilmiah di bidang penyakit menular telah difitnah, karier mereka telah dihancurkan, dan semua informasi yang berbeda telah diberi label "informasi yang salah" dan "kebohongan berbahaya", termasuk informasi bersumber dari pakar terkemuka di bidang virologi, penyakit menular, perawatan kritis paru, dan epidemiologi. Pemberangusan kebenaran ini terjadi bahkan ketika informasi ini didukung oleh kutipan ilmiah yang ekstensif dari beberapa spesialis medis paling berkualitas di dunia.[23] Luar biasanya, bahkan individu, seperti Dr. Michael Yeadon, pensiunan mantan Kepala Ilmuwan, dan wakil presiden divisi sains perusahaan Pfizer Pharmaceutical di Inggris, yang menuduh perusahaan tersebut membuat vaksin yang sangat berbahaya, diabaikan dan difitnah. Dikarenakan, dia, bersama dengan ilmuwan berkualifikasi tinggi lainnya telah memberitahukan bahwa jangan ada mengambil vaksin ini.
Dr. Peter McCullough, salah satu pakar yang paling banyak dikutip [tulisan ilmiah] di bidangnya, yang telah berhasil merawat lebih dari 2000 pasien COVID dengan menggunakan protokol perawatan dini (yang mengaku para ahli sepenuhnya abaikan), telah menjadi korban serangan yang sangat kejam, oleh mereka yang mendapat keuntungan finansial dari vaksinasi. Dia telah menerbitkan hasilnya di jurnal kedokteran (peer review), melaporkan 80% pengurangan rawat inap dan 75% pengurangan kematian dengan menggunakan pengobatan dini. Meskipun demikian, ia berada di bawah serangkaian serangan tak henti-hentinya oleh para pengendali informasi (red. kelompok pembohong), yang tidak ada satupun dari mereka yang pernah merawat satu pasien pun.
Baik Anthony Fauci, CDC, WHO, maupun lembaga pemerintah medis mana pun tidak pernah menawarkan perawatan dini selain Tylenol, hidrasi, dan memanggil ambulans begitu Anda mengalami kesulitan bernapas. Ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam seluruh sejarah perawatan medis karena pengobatan dini infeksi sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah komplikasi parah. Tidak hanya organisasi medis dan kaki tangan federal yang tidak menyarankan perawatan dini, mereka juga menyerang siapa saja yang mencoba memulai perawatan seperti itu dengan semua persenjataan yang mereka miliki—mengambil lisensi, pencabutan hak rumah sakit, mempermalukan, perusakan reputasi, dan bahkan penangkapan. [2]
Contoh yang baik dari kemarahan terhadap kebebasan berbicara dan penyebaran informasi yang jelas adalah pencabutan baru-baru ini oleh dewan medis di Maine atas lisensi praktek medis Dr. Meryl Nass dan memerintahkan dia untuk menjalani evaluasi psikiatri karena meresepkan Ivermectin dan berbagi keahliannya di bidang ini.[9,65] Saya mengenal Dr. Nass secara pribadi dan dapat menjamin integritas, kecemerlangan, dan dedikasinya dalam kebenaran. Kemampuan ilmiahnya sempurna. Perilaku dewan perizinan medis ini mengingatkan pada metodologi KGB Soviet selama periode ketika para pembangkang dipenjara di gulag1 psikiatri untuk membungkam perbedaan pendapat mereka.
Serangan Lainnya Yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya
Taktik lain yang belum pernah terjadi sebelumnya adalah menghapuskan perbedaan pendapat dokter dari posisi mereka sebagai editor jurnal, pengulas dan penarikan makalah ilmiah mereka dari jurnal, bahkan setelah makalah ini dicetak. Sampai peristiwa pandemi ini, saya belum pernah melihat begitu banyak makalah jurnal ditarik kembali—sebagian besar mempromosikan alternatif dari dogma resmi, terutama jika makalah tersebut mempertanyakan keamanan vaksin. Biasanya makalah atau studi yang diajukan direview oleh para ahli di bidangnya, yang disebut peer review. Tinjauan ini bisa sangat intens dan tidak jelas secara detail, bersikeras bahwa semua kesalahan dalam makalah harus diperbaiki sebelum dipublikasikan. Jadi, kecuali penipuan atau masalah tersembunyi besar lainnya ditemukan setelah makalah dicetak, makalah tersebut tetap disimpan dalam literatur ilmiah [tidak diterbitkan].
Kita sekarang menyaksikan semakin banyak makalah ilmiah yang sangat baik, yang ditulis oleh para ahli terkemuka di bidangnya, ditarik dari jurnal medis dan ilmiah utama selama berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun setelah dipublikasi. Tinjauan yang cermat menunjukkan bahwa di dalam banyak kasus para penulis yang berani mempertanyakan dogma yang dipaksakan oleh pengontrol publikasi ilmiah—terutama mengenai keamanan, pengobatan alternatif, atau kemanjuran vaksin.[12,63] Jurnal-jurnal ini mengandalkan [keuntungan atas] iklan ekstensif oleh perusahaan farmasi untuk memberikan pendapatan bagi mereka. Beberapa contoh telah terjadi di mana perusahaan farmasi yang kuat menggunakan pengaruh mereka pada para pemilik jurnal ini untuk menghapus artikel yang dengan cara apa pun mempertanyakan produk perusahaan ini.[13,34,35]
Lebih buruk lagi adalah desain sebenarnya dari artikel medis untuk mempromosikan obat-obatan dan produk farmasi tersebut yang melibatkan studi palsu, yang disebut artikel yang ditulis tanpa kejelasan siapa penulisnya. [49,64] Richard Horton seperti dikutip oleh [surat kabar] Guardian mengatakan “penulisan jurnal telah beralih ke operasi pencucian informasi untuk industri farmasi.”[13,63] Artikel “penulisan tanpa jelas siapa penulisnya” yang terbukti curang dan disponsori oleh perusahaan raksasa farmasi telah bermunculan secara teratur di jurnal klinis terkemuka, seperti JAMA, dan New England Journal of Medicine—tidak pernah dicabut meskipun terbukti penyalahgunaan dan manipulasi data secara ilmiah.[49,63]
Artikel yang ditulis oleh penulis yang tidak disebutkan namanya (ghostwriters) melibatkan penggunaan perusahaan perencanaan yang tugasnya adalah merancang artikel yang berisi data yang dimanipulasi untuk mendukung produk farmasi dan kemudian membuat artikel ini diterima oleh jurnal kedokteran berdampak tinggi, yaitu jurnal yang paling mungkin memengaruhi pengambilan keputusan klinis para dokter. Kemudian, mereka memberikan kepada para dokter dalam praktik klinis cetak ulang gratis dari artikel-artikel yang telah dimanipulasi ini. The Guardian menemukan 250 perusahaan yang terlibat di dalam bisnis ghostwriting ini. Langkah terakhir dalam merancang artikel-artikel ini untuk dipublikasikan di jurnal-jurnal paling bergengsi adalah merekrut ahli-ahli medis ternama dari institusi-institusi bergengsi, untuk mencantumkan nama mereka di artikel-artikel ini. Penulis medis yang direkrut ini dibayar setelah menyetujui untuk menambahkan nama mereka di artikel yang telah ditulis sebelumnya atau mereka melakukannya untuk prestise agar nama mereka tercantum dalam artikel di jurnal medis bergengsi.[11]
Yang sangat penting adalah pengamatan oleh para ahli di bidang penerbitan medis bahwa tidak ada usaha yang dilakukan untuk menghentikan penyalahgunaan ini. Ahli etika medis menyesalkan bahwa karena praktik yang meluas ini "Anda tidak dapat mempercayai apa pun." Sementara beberapa jurnal bersikeras pada pengungkapan informasi, kebanyakan dokter yang membaca artikel ini mengabaikan informasi ini atau memaklumkan dan beberapa jurnal membuat pengungkapan lebih sulit dengan mengharuskan pembaca untuk menemukan sumber pernyataan pengungkapan di sumber lain. Banyak jurnal tidak mengatur [kebohongan] pernyataan dan kelalaian dari para penulis [ghostwriters] seperti itu menjadi hal biasa dan tidak mendapatkan hukuman.
Dalam kekuatiran mengenai informasi yang “disediakan” untuk publik, hampir semua media berada di bawah kendali perusahaan raksasa farmasi ini atau pihak lain yang memperoleh keuntungan [finansial] dari “pandemi” ini. Cerita mereka semua sama, baik dalam isi dan bahkan dalam kata-kata. Kebohongan-kebohongan yang rapi diatur terjadi setiap hari sementara data besar-besaran mengungkapkan kebohongan-kebohongan tersebut disembunyikan oleh para pengontrol informasi ini dari mata dan telinga publik. Semua data yang datang melalui media nasional (TV, surat kabar dan majalah), serta berita lokal yang Anda tonton setiap hari, hanya berasal dari sumber “resmi”—yang sebagian besar adalah kebohongan, distorsi, atau sepenuhnya dibuat dari selubung —semuanya bertujuan untuk menipu masyarakat.
Media televisi menerima sebagian besar anggaran iklannya dari perusahaan farmasi internasional—ini telah menciptakan pengaruh yang tak terbendung untuk melaporkan semua penelitian yang dibuat-buat yang mendukung vaksin mereka dan apa yang disebut pengobatan.[14] Pada tahun 2020 saja, industri farmasi menghabiskan 6,56 miliar dolar untuk iklan semacam itu.[13,14] Iklan TV Farmasi berjumlah 4,58 miliar dolar, 75% dari anggaran mereka. Itu membeli banyak pengaruh dan kendali atas media. Pakar terkenal dunia dalam semua bidang penyakit menular dibungkam dari paparan media dan dari media sosial jika mereka dengan cara apa pun berusaha menyimpang dari kebohongan dan distorsi yang dibuat oleh para pembuat vaksin ini. Selain itu, para perusahaan farmasi ini menghabiskan puluhan juta dolar untuk iklan media sosial, dengan Pfizer memimpin dengan $55 juta pada tahun 2020.[14]
Sementara serangan terhadap kebebasan berbicara ini cukup menakutkan, yang lebih buruk lagi adalah kontrol hampir menyeluruh dilakukan para administrator rumah sakit atas perincian perawatan medis di rumah sakit. Para komplotan ini sekarang menginstruksikan dokter protokol perawatan mana yang harus mereka patuhi dan perawatan mana yang tidak boleh mereka gunakan, tidak peduli seberapa berbahaya perawatan yang "disetujui" atau seberapa bermanfaat perawatan yang "tidak disetujui".[33,57]
Tidak pernah dalam sejarah kedokteran Amerika para administrator rumah sakit mendiktekan kepada dokternya bagaimana mereka dalam mempraktikkan kedokteran dan obat apa yang dapat mereka gunakan. CDC tidak memiliki wewenang untuk mendikte rumah sakit atau dokter mengenai perawatan medis. Namun, kebanyakan dokter menurutinya tanpa perlawanan sedikit pun.
Undang-undang Perawatan federal mendorong bencana manusia ini dengan menawarkan semua rumah sakit AS hingga 39.000 dolar untuk setiap pasien ICU yang mereka pakai respirator, meskipun fakta bahwa sejak awal sudah jelas bahwa respirator adalah penyebab utama kematian di antara pasien yang tidak mengerti dan percaya begitu saja. Selain itu, rumah sakit menerima 12.000 dolar untuk setiap pasien yang dirawat di ICU—menjelaskan, menurut pendapat saya dan lainnya, mengapa semua birokrasi medis federal (CDC, FDA, NIAID, NIH, dll) melakukan semua yang mereka bisa untuk mencegah pengobatan yang sesungguhnya menyelamatkan. - menghemat perawatan dini.[46] Membiarkan pasien memburuk ke titik dimana mereka terpaksa membutuhkan rawat inap, berarti pemasukan besar untuk semua rumah sakit. Semakin banyak rumah sakit berada dalam bahaya kebangkrutan, dan banyak yang telah menutup pintu mereka, bahkan sebelum “pandemi” ini.[50] Sebagian besar rumah sakit ini sekarang dimiliki oleh perusahaan nasional atau internasional, termasuk rumah sakit pendidikan.[10]
Juga menarik untuk dicatat bahwa dengan datangnya "pandemi" ini, kita telah menyaksikan lonjakan rantai perusahaan rumah sakit yang membeli sejumlah rumah sakit yang berisiko bangkrut ini.[1,54] Telah dicatat bahwa miliaran dolar di bantuan Covid Federal digunakan oleh para rumah sakit besar ini untuk membeli rumah sakit yang terancam bangkrut ini, semakin meningkatkan kekuatan pengaruh perusahaan obat atas kemandirian praktek para dokter. Dokter-dokter yang dipecat dari rumah sakit mengalami kesulitan untuk menemukan staf rumah sakit lain untuk bergabung karena mereka juga mungkin dimiliki oleh perusahaan farmasi raksasa yang sama. Akibatnya, kebijakan mandat vaksin mencakup jumlah karyawan rumah sakit yang jauh lebih besar. Misalnya, Mayo Clinic memecat 700 karyawan karena menggunakan hak mereka untuk menolak vaksin eksperimental yang berbahaya dan pada dasarnya belum teruji.[51,57] Mayo Clinic melakukan ini meskipun faktanya banyak dari karyawan ini bekerja selama masa epidemi terburuk dan dipecat ketika varian Omicron yang merupakan strain virus yang dominan, memiliki patogenisitas flu biasa untuk sebagian besar dan vaksin tidak efektif dalam mencegah infeksi.
Selain itu, telah terbukti bahwa orang tanpa gejala yang divaksinasi memiliki tingkat virus nasofaring sama tinggi seperti orang yang tidak divaksinasi yang terinfeksi. Jika tujuan dari mandat vaksin adalah untuk mencegah penyebaran virus di antara staf rumah sakit dan pasien, maka yang divaksinasilah yang memiliki risiko penularan terbesar, bukan yang tidak divaksinasi. Perbedaannya adalah bahwa orang yang sakit yang tidak divaksinasi tidak akan pergi bekerja, penyebar yang divaksinasi tanpa gejala akan bebas leluasa pergi kemanapun.
Apa yang kita ketahui adalah bahwa pusat medis besar, seperti Mayo Clinic, menerima puluhan juta dolar dalam bentuk dana hibah dari NIH setiap tahun serta uang dari perusahaan-perusahaan farmasi dari "vaksin" eksperimental ini. Dalam pandangan saya, itulah pertimbangan sebenarnya yang mendorong kebijakan ini. Jika hal ini dapat dibuktikan di pengadilan, para administrator yang membuat mandat ini harus dituntut sepenuhnya sesuai hukum dan dituntut oleh semua pihak yang dirugikan.
Masalah kebangkrutan rumah sakit telah berlangsung berlarut-larut karena mandat vaksin rumah sakit dan mengakibatkan sejumlah besar staf rumah sakit, terutama perawat, menolak untuk divaksinasi secara paksa.[17,51] Hal ini semua belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah perawatan medis [dimanapun]. Para dokter di rumah sakit bertanggung jawab atas perawatan pasien individu mereka dan bekerja secara langsung dengan pasien ini dan keluarga mereka untuk memulai perawatan-perawatan seperti ini. Organisasi luar, seperti CDC, tidak memiliki wewenang untuk campur tangan dalam perawatan ini dan dengan memaksakan tindakan seperti itu membuat pasien menderita atas kesalahan besar yang dilakukan oleh organisasi yang tidak pernah merawat satu pun dari pasien COVID-19.
Ketika pandemi ini dimulai, rumah sakit diperintahkan oleh CDC untuk mengikuti protokol perawatan yang mengakibatkan kematian ratusan ribu pasien, yang sebagian besar bisa pulih jika perawatan yang tepat diizinkan.[43,44] Sebagian besar kematian ini dapat dicegah jika dokter diizinkan untuk menggunakan pengobatan dini dengan produk seperti Ivermectin, hidroksi-klorokuin dan sejumlah obat aman lainnya dan senyawa alami. Diperkirakan, berdasarkan hasil para dokter yang merawat pasien covid paling banyak dengan sukses, bahwa dari 800.000 orang yang dikatakan meninggal karena Covid, 640.000 tidak hanya dapat diselamatkan, tetapi dalam banyak kasus, dapat kembali ke kondisi semula. -status kesehatan infeksi telah mengamanatkan pengobatan dini dengan metode yang terbukti ini telah digunakan. Pengabaian pengobatan dini ini merupakan pembunuhan massal. Itu berarti 160.000 yang benar-benar meninggal, jauh lebih sedikit daripada jumlah mereka yang mati di tangan birokrasi, asosiasi medis, dan dewan medis yang menolak membela pasien mereka. Menurut penelitian pengobatan dini terhadap ribuan pasien oleh dokter yang berani dan peduli, tujuh puluh lima sampai delapan puluh persen kematian sebenarnya bisa dicegah.[43,44]
Hebatnya, para dokter yang memiliki pengetahuan ini dicegah untuk menyelamatkan orang-orang yang terinfeksi Covid-19 ini. Seharusnya memalukan bagi dunia medis bahwa begitu banyak dokter tanpa berpikir mengikuti protokol mematikan yang ditetapkan oleh pengawas kedokteran.
Kita juga harus ingat bahwa peristiwa ini tidak pernah memenuhi kriteria istilah pandemi. Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengubah kriteria sekedar menjadikan ini pandemi. Agar memenuhi syarat untuk status pandemi, virus harus memiliki tingkat kematian yang tinggi untuk sebagian besar orang, yang sebenarnya tidak (karena dengan tingkat kesembuhan Covid mencapai 99,98%), dan virus itu pasti tidak memiliki pengobatan yang jelas—yang dimiliki virus ini— dan pada kenyataannya, semakin banyak perawatan yang sangat berhasil [atas Covid].
Tindakan kejam yang dilakukan untuk memberlakukan [status] “pandemi” yang dibuat-buat ini tidak pernah terbukti berhasil, seperti memakai masker di tempat-tempat umum, lockdowns, dan menjaga jarak sosial. Sejumlah penelitian yang dilakukan dengan hati-hati selama musim flu sebelumnya menunjukkan bahwa pengenaan masker, dalam bentuk apa pun, tidak pernah mencegah penyebaran virus di antara masyarakat.[60]
Faktanya, beberapa penelitian yang sangat bagus menunjukkan bahwa masker malah benar-benar menyebarkan virus dengan memberikan kepada orang rasa aman yang palsu dan faktor lainnya, seperti pengamatan dimana orang terus-menerus melanggar teknik steril dengan menyentuh masker mereka, melepas masker yang tidak tepat, dan kebocoran infeksi hembusan di sekitar tepi masker. Selain itu, masker dibuang di tempat parkir, jalan setapak, diletakkan di atas meja di restoran dan ditempatkan di saku dan dompet.
Dalam beberapa menit setelah mengenakan masker, sejumlah bakteri patogen dapat berkembang biak dari masker, menempatkan orang yang kekebalan tubuhnya tertekan pada risiko tinggi pneumonia bakteri dan anak-anak pada risiko meningitis yang lebih tinggi.[16] Satu studi oleh para peneliti di University of Florida meneliti lebih dari 11 bakteri patogen dari bagian dalam masker yang dikenakan oleh anak-anak di sekolah.[40]
Diketahui juga bahwa anak-anak pada dasarnya tidak berisiko sakit karena virus atau menularkannya.
Selain itu, diketahui juga bahwa memakai masker selama lebih dari 4 jam (seperti yang terjadi di semua sekolah) mengakibatkan hipoksia (kadar oksigen darah rendah) dan hiperkapnia (kadar CO2 tinggi) yang signifikan, yang memiliki sejumlah efek buruk pada kesehatan, termasuk mengganggu perkembangan otak anak.[4,72,52]
Kita telah mengetahui bahwa perkembangan otak berlanjut lama setelah tahun-tahun sekolah dasar. Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa anak-anak yang lahir selama "pandemi" memiliki IQ yang jauh lebih rendah—namun dewan sekolah, kepala sekolah, dan birokrat pendidikan lainnya jelas tidak peduli.[18]
… bersambung
Diterjemahkan bebas dari artikel resmi dari situs website pemerintah di Amerika
Kamp kerja paksa di jaman Uni Soviet bagi tahanan politik dan kriminal berat.