"Riset Apaan? Kita Yang Jadi Riset Sialan Itu"—Seorang Janda Berduka Mengamuk Di Media Sosial Setelah Suaminya Meninggal Karena Myocarditis
Seorang ayah berusia 34 tahun dari Cobourg, Ontario [jatuh] meninggal pada akhir tahun lalu dengan miokarditis limfohistiositik1 di depan dua anaknya yang masih kecil.
Brandon Watt, meninggal karena miokarditis limfohistiositik menurut temuan awal otopsinya yang disampaikan oleh Kantor Koroner Ontario di Rumah Sakit Umum Kingston.
Menurut Johns Hopkins Medicine, miokarditis limfositik adalah bentuk miokarditis langka yang dapat mengakibatkan rawat inap untuk perawatan akut. Ini terjadi ketika sel darah putih (limfosit) masuk dan menyebabkan peradangan pada otot jantung. Kondisi ini dapat terjadi dikarenakan virus.
Temuan resmi dari otopsi menyatakan bahwa seluruh jantungnya diserang sepenuhnya, selama beberapa bulan. Itu rusak dari atas ke bawah.
“Brandon tidak memiliki covid. Tempat dia bekerja menyediakan tes cepat dan kami telah melakukan beberapa tes sepanjang musim panas dan gugur. Virus yang membunuhnya kemungkinan besar adalah vaksin mRNA,” kata istri Brandon, Chantelle Watt.
“Setiap profesional medis yang saya ajak bicara dan yang telah menyelidiki ini lebih jauh serta merta mengabaikan vaksin sebagai penyebabnya walau “penelitian” menunjukkan kasus miokarditis hanya terjadi dalam waktu dua minggu setelah dosis yang diberikan. Pertama, apa penelitian sialan itu? Kita ADALAH penelitian sialan itu,” tambahnya.
Baca kesaksiannya di sini dan di bawah ini:
Ayah dari anak-anak saya meninggal. Jatuh dan mati. Di depan mereka (anak-anak). Pada usia 2 dan 6 tahun mereka kehilangan ayah mereka. Secara traumatis. Mereka akan menjalani hampir seluruh hidup mereka tanpa salah satu dari dua orang yang paling mencintai mereka. Tanpa salah satu dari dua orang, setiap anak berhak tumbuh bersama.
Kematian Brandon mengguncang komunitas kami. Terus mengguncangkan. Ini akan lebih bergemuruh.
Saya sangat terbuka tentang setiap aspeknya. Dari posting 12 jam setelah kematiannya, untuk terus berbagi cerita kami, dan semua aspek perjalanan saya melalui kepedihan. Anda, kelompok komunitas, telah mendorong segalanya menyangkut hal ini. Ini akan menjadi hal terbesar yang saya bagikan. Dengarkan baik-baik.
Brandon meninggal karena Miokarditis Lymphohistiocytic.
Ini dinyatakan oleh Kantor Koroner Ontario di Rumah Sakit Umum Kingston. Karena keterkejutan mutlak dari seorang pria sehat dan aktif berusia 34 tahun yang jatuh dan meninggal, tubuhnya dikirim ke [RS] Kingston untuk otopsi penuh dan ekstensif. Hasilnya bisa memakan waktu beberapa bulan, dan saya baru saja menerima laporan lengkapnya (yang harus diminta secara resmi).
Ketika mereka akhirnya memberikan penyebab kematian, berita itu mengejutkan baik pihak koroner setempat dan juga dokter keluarga kami. Diperkirakan dia meninggal karena kardiomiopati - suatu kondisi genetik yang dia miliki sejak lahir dan tidak terdiagnosis. Ini bukan yang terjadi.
Miokarditis Limfohistiositik disebabkan oleh virus. Hatinya rusak parah. Ada begitu banyak jaringan rusak, yang benar-benar tidak bisa memompa detak jantung. Saya tidak memiliki kesempatan untuk menghidupkannya kembali. Laporan resmi menyatakan bahwa seluruh jantungnya rusak - bukan satu ventrikel atau satu area - rusak dari atas ke bawah. Sepenuhnya terserang, terjadi selama beberapa bulan.
Brandon tidak memiliki covid. Tempatnya bekerja menyediakan tes cepat dan kami telah melakukan beberapa tes sepanjang musim panas dan gugur. Virus yang membunuhnya kemungkinan adalah vaksin mRNA.
Setiap profesional medis yang telah saya ajak bicara dan yang telah menyelidiki lebih lanjut serta merta mengabaikan bahwa vaksin sebagai penyebabnya walau “penelitian” menunjukkan kasus miokarditis hanya terjadi dalam waktu dua minggu setelah dosis yang diberikan. Pertama, penelitian sialan apa? Kami ADALAH penelitian sialan. Kedua, hanya ini yang mereka izinkan untuk dilaporkan.
Hingga 5 November lalu, saya adalah orang yang tidak peduli. Saya sepenuhnya mengakui itu. Brandon dan saya sama-sama sangat percaya kepada vaksin dan akan mencibir mereka yang protes akan vaksin sebagai teori konspirasi, dan semua posting mengenai "anti-vaxx" di media sosial. Mulai 5 November dan seterusnya, mata saya telah terbuka. Saya berhutang ini pada Brandon. Untuk berbagi apa yang saya percaya telah mengakibatkan kematiannya. Apa yang benar-benar membunuhnya. Apa yang membuat anak-anak kami kehilangan ayah mereka. Untuk membuka semua mata kalian. Untuk membuat diri kalian melihat sesuatu melalui sudut pandang lain. Untuk berpikir secara menyeluruh sebelum memutuskan untuk memvaksinasi anak-anak Anda, atau mendapatkan suntikan tambahan bagi diri Anda sendiri. Saya tidak bisa dengan hati nurani yang bersih mengizinkan sekolah untuk menjadi klinik vaksin dan tetap bungkam.
Saya percaya pada ilmu pengetahuan. Saya sangat mencintai dan menghormati dunia kedokteran. Saya tidak akan pernah memvaksinasi anak-anak saya (atau saya sendiri lebih lanjut) untuk melawan Covid-19. Kita tidak tahu apa-apa tentang efek jangka panjang dari vaksin ini. Tidak tahu apapun. Jika kalian pikir kalian tahu, kalian tidak benar-benar tahu.
Tolong hargai upaya saya dalam hal ini. Saya telah menonaktifkan komentar [media sosial]. Saya tidak akan membalas pesan langsung. Jika kalian bertemu saya secara langsung, saya dengan senang hati berbagi. Perdebatan di internet tidak akan pernah menjadi urusan saya. Tapi saya merasa sangat perlu berbagi hal ini – ini bukan sesuatu yang harus didiamkan,
Untuk kalian semua yang berkoar untuk memvaksinasi anak-anak, coba tempatkan diri kalian pada posisi saya dan biarkan diri kalian sendiri yang berhenti bicara. Perjuangkan anak-anak kalian dan hak-hak mereka. Saya akan berjuang untuk anak-anak saya. Kita tidak sempat mendapat kesempatan untuk memperjuangkan hidup Brandon. Silakan berbagi.
Pada hari Senin lalu, Chantelle memposting di cerita IG-nya bahwa dia tidak anti-vaksin. Dia percaya semuanya harus menjadi pilihan yang berdasarkan informasi yang benar.
“Saya bukan anti-vaksin. Saya percaya semuanya harus menjadi pilihan yang dibuat dari informasi yang jelas. Vaksin ini dikeluarkan dengan janji bahwa kehidupan dapat dan akan kembali normal (dan ternyata tidak) dan dengan informasi yang sangat sedikit atas efek sampingan, apa yang harus diwaspadai dan risiko apa yang kemungkinan muncul. Ketahuilah dan buatlah pilihan yang terbaik untuk kalian dan keluarga kalian,” ujarnya.
Dia memposting pembaruan lain di akun Instagram-nya membela diri dari mereka yang menjahili dia.
Saya tidak berbagi cerita tentang Brandon karena saya marah. Saya bergegas menghampiri tubuh suami saya dan mencoba untuk menyadarkannya kembali sementara kedua putri saya menyaksikan dari bak mandi, tetapi saya tidak marah. Kecuali kalian telah melewati pengalaman ini, kalian sama sekali tidak berhak menghakimi apa yang saya alami dan apa yang saya putuskan untuk dibagikan. Saya menjadi janda pada usia 34 tahun. Kematian suami saya sebenarnya bisa dihindarkan, tetapi saya tidak marah. Saya sedih, patah hati, kewalahan, dan merasakan sejuta hal lainnya, tetapi saya tidak marah. Setidaknya bukan saat ini.
Kalian lakukan apa yang kalian pikirkan. Saya memilih untuk membagikan cerita saya karena saya ingin pilihan Anda diambil berdasarkan informasi yang jelas. Saya ingin dunia tahu bahwa hal-hal seperti ini sedang terjadi, meskipun ada banyak upaya dilakukan untuk menyembunyikan peristiwa-peristiwa ini.
Diterjemahkan bebas dari What F*cking Research? We Are the F*cking Research” – Grieving Widow Goes Off on Social Media After Husband Died with Myocarditis, Jim Hoft, 14 Februari 2022.
https://circleofmamas.com/health-news/brandon-watt-34-died-suddenly-of-vaccine-induced-myocarditis/