Bagi Anda yang mungkin belum mendengar berita terakhir tentang Twitter atau kurang jelas tentang apa yang sedang terjadi di dalam salahs atu sosial media terbesar di dunia modern ini, teruskan membaca artikel ini.
Dalam waktu satu minggu Twitter yang telah diakuisisi oleh Elon Musk seperti yang beberapa bulan terakhir sudah tersebar rencana “pembersihan” staff Twitter, Elon Musk memecat hampir 4.000 staff lebih dari setengah jumlah karyawan dan secara segera menutup semua akses komputer karywan untuk mencegah sabotase. Pemecatan massal ini terjadi terhadap 90 persen staff yang bekerja di Twitter region Asia, 85 persen staff di Twitter India serta jumlah yang signifikan di setiap kantor operasional Twitter yang lainnya. Walau pemecatan ini terjadi secara serentak dan tanpa peringatan, Elon Musk sebagai pemilik Twitter yang baru tetap akan membayar para karyawan ini hingga awal February 2023.
Twitter Mass Firing Begins – Here’s What Elon Musk Sent Out to Fired Employees
Pemecatan Massal di Twitter Di Mulai - Inilah yang Ditulis Elom Musk Kepada Para Karyawan yang Dipecat.
Secara pribadi saya bukan penggemar atau simpatisan Elon Musk, bahkan saya berpikir Elon Musk juga sangat mungkin menjadi permasalahan di kemudian hari. Akan tetapi saya harus cukup “puas” melihat para diktator sensor di Twitter yang sudah malang melintang dalam merusak informasi dan kebebasan bicara yang dijamin dalam Konstitusi Amerika dibersihkan. Little justice is better than no justice at all - sedikit keadilan lebih baik daripada tanpa keadilan sama sekali. Mereka yang dipecat berpikiran bahwa dengan “otoritas” dapat men-cancel orang yang mereka tidak setuju, dalam hal ini umumnya orang-orang konservatif, mengalami cancel sendiri.
Para karyawan yang dipecat ini berbondong-bondong mengajukan class-action lawsuit atau tuntutan hukum kolektif massal dengan dasar Elon Musk melanggar hukum Kalifornia dan federal yang membatasi pemecatan massal tanpa peringatan 60 hari dimuka. Menurut saya, tuntutan hukum ini akan gugur di pengadilan. Karena Elon Musk bukan orang yang tidak memperhitungkan langkah-langkah strategis yang diambil dalam keputusan bisnis. Karenanya dia tetap akan membayar gaji dari para karyawan yang dipecat tersebut selama 2 bulan setelah surat pemecatan resmi disampaikan. Argumennya untuk menutup akses para karyawan yang dipecat tersebut untuk bisa mengakses komputer yang berkaitan dengan data dan kerja di Twitter sebagai langkah pencegahan tindakan sabotase yang sangat mungkin dilakukan para aktifis radikal ini, dan argumen ini sangat masuk akal.
Beberapa hari terakhir ini jumlah pemasukan Twitter yang diperoleh dari iklan merosot drastis karena para kelompok aktifis radikal dan para karyawan yang dipecat memberikan tekanan kepada perusahaan-perusahaan pemasang iklan. Walau demikian menurut perhitungan saya hal ini tidak akan bertahan lama, karena natur dari dunia usaha lebih condong kepada keuntungan finansial daripada loyalitas. Jumlah masyarakat kelompok kiri sesungguhnya tidak sebanyak jumlah kelompok independen dan konservatif, hanya dikarenakan suara mereka di publik yang sangat lantang sehingga suara mereka keras terdengarnya. Bila pengguna Twitter bisa kembali “normal” para perusahaan ini akan kembali memasang iklan mereka di Twitter.
Bagi Anda yang mungkin melihat bahwa peristiwa ini semata menjadi bahan tudingan kepada Elon Musk sebaiknya juga memikirkan siapa oknum yang menjual Twitter kepada Elon Musk. Mereka yang berada di sayap kiri yang selama ini merasa bahwa para tuan mereka yang juga sayap kiri akan peduli dengan kelangsungan karir dan hidup mereka hanya karena kesamaan pandangan politik dan agenda fasis mereka, sekarang mengalami sendiri apa yang mereka lakukan kepada orang lain yang dianggap tidak sepaham. Seperti istilah yang beredar disini yang mengatakan bahwa tuan dari orang-orang ini adalah uang, dan bila tiba saatnya mereka bisa menjual orang tua sendiri.
Peristiwa ini memberikan suatu indikasi yang sangat berdampak terhadap sosial media yang lain, dimana bila Anda menyadari bahwa pensensoran tidak lagi segila sebelumnya. Saya bisa melihat channel-channel di Youtube juga sudah mulai renggang, Instagram juga tidak lagi ketat sensor, demikian juga dengan Facebook. tetapi bukan berarti sudah leluasa sama sekali. Para radikal aktifis sayap kiri masih sangat dominan di dunia maya. Pemecatan massal Twitter paling tidak memberikan sedikit kegelisahan bagi mereka yang sewenang-wenang memperlakukan kepercayaan masyarakat dan mereka tidak lagi bisa tidur senyenyak seperti sebelumnya.
Artikel ini merupakan opini penulis semata dan tidak merefleksikan pandangan Repikir.