Komentar
Di Munich Security Conference pada tanggal 18 Februari 2022, Bill Gates diminta untuk menilai di mana posisi kita sekarang dalam menghadapi pandemi. Tanggapannya: "Sayangnya, virus itu sendiri, terutama varian yang disebut Omicron, adalah merupakan sejenis vaksin. Artinya, virus tersebut menciptakan kekebalan sel B dan sel T."
Mungkinkah Bapak Gates membaca kolom opini saya dari tanggal 5 Januari, "Omicron Dapat Membantu Mengakhiri Pandemi Di Musim Dingin Ini"? Saya senang beliau setuju dengan saya bahwa Omicron seperti vaksin yang efektif yang membantu mengakhiri pandemi.
Sebagai veteran ahli vaksin yang mempelopori proyek vaksin pada tahun 2003 melawan SARS yang pertama, saya cukup yakin untuk memprakirakan bagaimana Omicron akan memimpin pandemi sampai ke mana, berdasarkan karakteristiknya setelah kemunculannya di akhir tahun lalu. Tetapi untuk melihat bagaimana influencer paling terkenal di dunia memiliki pandangan yang sama, ini sangat memuaskan hati.
Tapi mengapa Bapak Gates mengatakan “sayangnya”?
Saya harus terus terang bahwa saya menulis artikel ini dengan emosi yang campur aduk. Di satu sisi, saya senang karena saya tahu bahwa setelah dua tahun yang panjang, Omicron dapat memberikan jalan keluar atas pandemi ini. Di sisi lain, virus ini masih cukup ganas dan banyak orang bisa mati pada saat menyebar ke seluruh dunia.
Mungkin Bapak Gates, yang yayasannya mendanai pengembangan dan distribusi vaksin COVID-19 di seluruh dunia, sedih karena kematian yang terjadi?
Tampaknya bukan begitu, saat ia melanjutkan, “[Omicron] telah melakukan pekerjaan yang lebih baik menyebar ke penduduk di seluruh dunia daripada upaya kita dengan vaksin. ... Itu berarti kemungkinan penyakit parah—yang terutama terkait dengan orang-orang lansia dan memiliki obesitas atau diabetes—risiko-risiko tersebut sekarang menjadi semakin turun secara dramatis karena paparan infeksi tersebut."
Karena pengurangan risiko baik untuk kemanusiaan dan sesuatu yang diinginkan, apa yang harus disedihkan? Apakah Gates sedih karena Omicron mengalahkan vaksin dalam menghasilkan kekebalan pelindung, sehingga mencegah kemampuan COVID menyebar—yang berarti tidak perlu vaksin COVID di masa depan?
Jika vaksin memberikan kekebalan, bagus. Jika tidak, dan sebaliknya Omicron yang terjadi secara alami yang mengakhiri pandemi, itu sama-sama baik.
Ini bukan suatu kompetisi, apa pun yang dapat memberikan imunitas—itu saja, kecuali jika kita menghargai kesuksesan dari vaksin lebih besar dari tujuan untuk mengakhiri pandemi.
Vaksin, Vaksin, dan Lebih Banyak Vaksin
Saya sebetulnya tidak perlu terkejut, karena saya telah mendengar lagu yang sama selama dua tahun terakhir ini.
Hampir dari awal pandemi, kita diberitahukan bahwa satu-satunya jalan keluar adalah hanya melalui vaksinasi. Vaksin dikembangkan dengan cepat dan penggunaan darurat dikeluarkan. Ada drive vaksin dan klinik-klinik, dan tak lama kemudian booster menjadi bagian dari program. Kemudian datanglah mandat vaksin, bahkan untuk orang-orang yang telah memperoleh kekebalan alami, diikuti dengan vaksinasi anak-anak.
Sementara itu, pembungkaman informasi yang negatif tentang vaksin, termasuk perihal keamanan vaksin, terus berlangsung.
Sekarang Gates melihat ke depan untuk pandemi berikutnya dan bahkan pengembangan dan peluncuran vaksin dengan lebih cepat: "Lain kali, kita harus mencoba dan membuatnya—bukan dua tahun kita harus membuatnya lebih cepat seperti enam bulan. ... Kita memakai waktu yang lama kali ini lebih daripada yang seharusnya," katanya dalam konferensi di Munich.
Jadi selama ini semuanya adalah soal vaksin, dan bukan tentang penyakit tersebut. Sebagai mantan ilmuwan vaksin, saya harus senang bahwa vaksin telah menjadi pusat perhatian dunia. Tapi saya tidak merasa begitu, karena saya tahu jelas bahwa vaksin bukanlah tujuannya—vaksin hanyalah sarana untuk membantu umat manusia mengatasi pandemi.
Sarana seharusnya tidak pernah menjadi tujuan.
Ketika ternyata vaksinasi gagal mengalahkan COVID dan malah ditaklukkan oleh Omicron, Gates [malah] merasa sedih. Manusia kehilangan kesempatan besar untuk menunjukkan bahwa kita adalah penguasa sesungguhnya atas dunia ini.
Perjuangan Manusia Melawan Alam
Sejarah manusia adalah sejarah dari perihal bertahan hidup dalam kondisi alam yang keras. Beberapa kelompok dalam upaya mereka untuk bertahan hidup menemukan bagaimana hidup secara damai dan harmonis dengan alam, sementara yang lain berjuang dan menang menganggap diri mereka menang atas alam. Mao Zedong pernah berkata, "Sangat menguntungkan (dengan sukacita yang tak henti) untuk berperang melawan surga, melawan bumi, dan melawan manusia.”
Menurut Mao dan rekan-rekannya, ketika berhadapan dengan bencana alam, manusia harus menang, dan menang telak, melalui kepintaran dan kegigihan. Ini tidak akan menjadi kemenangan total jika manusia mendapat bantuan dari alam, yang malah akan mempermalukan semua yang terlibat.
Ketika saya dibesarkan di negara komunis China, saya percaya bahwa dengan dipandu oleh ajaran Mao, ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi dapat memberikan solusi untuk semua masalah yang kemungkinan dihadapi umat manusia.
Sejak usia muda saya mengidolakan para ilmuwan, jadi saya belajar sangat keras dan mencetak nilai ketiga tertinggi di provinsi saya di antara sekitar 100.000 lulusan sekolah menengah dalam Ujian Masuk Perguruan Tinggi Nasional China yang sangat kompetitif. Saya kemudian diterima pada tahun 1983 oleh Departemen Genetika dan Rekayasa Genetika perdana di Universitas Fudan, yang baru didirikan oleh ahli genetika Dr. C.C. Tan, seorang protegé pemenang Hadiah Nobel Thomas Morgan yang menemukan peranan kromosom dalam keturunan.
Sebagai seorang pemuda yang telah dicuci otak oleh doktrin komunisme, saya memimpikan rekayasa genetik dalam menyelesaikan semua masalah dunia, seperti penyakit, kekurangan makanan, bencana lingkungan, dll. Saya berpikir bahwa karena alam menyebabkan begitu banyak masalah bagi manusia, keputusan ada di tangan ahli-ahli genetika seperti saya untuk mengubah alam dengan merekayasa gen semua makhluk menjadi persis seperti yang kita manusia inginkan.
Boleh dikatakan sebagai kesombongan, kenaifan, atau kebodohan, itulah yang saya yakini, seperti yang diyakini oleh jutaan anak muda lainnya di komunis China pada waktu itu.
Bayi-bayi Rekayasa
Pada bulan November tahun 2018, ketika ilmuwan China He Jiankui mengumumkan bahwa dia telah menciptakan bayi pertama yang diedit secara genetik di dunia [bernama] Lulu dan Nana, saya menyadari bahwa ilmuwan gila ini bisa saja adalah saya sendiri jika saya masih tinggal di China. Sekarang Lulu dan Nana berusia 5 tahun dan memiliki satu masa depan dalam hidup mereka. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana mereka akan bereaksi ketika mengetahui bahwa mereka direkayasa.
Komunisme ditambah dengan teknologi canggih telah menciptakan jenis manusia yang belum pernah ada di dunia sebelumnya. Selain kita manusia biasa yang telah ada selama ribuan tahun, sekarang ada orang-orang seperti He Jiankui, dengan kekuatan seperti “allah” untuk merekayasa manusia, dan ada orang-orang yang direkayasa seperti Lulu dan Nana.
Kekacauan akan menjadi norma baru jika hal-hal seperti rekayasa genetika atau teknologi nuklir tidak diatur secara ketat.
Penelitian "Gain-Of-Function”
Ada perdebatan di Amerika Serikat pada tahun 2014 tentang penelitian di dalam laboratorium yang meningkatkan virulensi, kemudahan penyebaran, atau sejumlah patogen berbahaya—apa yang dikenal sebagai penelitian gain-of-function (GOF)
. Perdebatan ini dipicu oleh penciptaan virus corona chimeric, menyediakan virus corona kelelawar dengan fungsi tambahan untuk menginfeksi manusia (terdengar akrab, tetapi ini berbeda dari SARS-CoV-2 seperti yang kita kenal). Banyak ilmuwan berpendapat bahwa penelitian GOF terlalu berisiko. Akibatnya, penelitian seperti itu dilarang di Amerika Serikat pada bulan Oktober 2014.Namun, penelitian tersebut berlanjut di negara lain, terutama di China. Jika kita dapat merekayasa bayi, [maka] kita dapat merekayasa virus.
Apakah penelitian GOF ada hubungannya dengan asal-usul SARS-CoV-2, yang merenggut 5 juta jiwa di seluruh dunia? Kita belum mendapatkan jawaban yang pasti. Jika itu terjadi, itu mungkin hanya mencapai puncak baru prestasi ilmiah. Saya yakin Bapak Gates akan sedih lagi jika ini terbukti benar, terlepas dari pencapaian ilmiahnya.
Penelitian ilmiah harus dipandu oleh prinsip-prinsip moral tertinggi dan dengan pengawasan yang cukup untuk menghindari bencana yang diakibatkan manusia, seperti dari teknologi nuklir atau rekayasa genetika.
Manusia Dan Alam Sebagai Satu Tubuh
[Setelah] tinggal di Kanada, bebas dari tekanan pemerintah, saya dapat merenungkan pandangan dunia
saya sendiri dan mengubahnya berdasarkan hati nurani saya. Sebenarnya setelah saya pindah ke Kanada baru saya menemukan akar saya di dalam kebudayaan tradisional China. Gagasan bahwa manusia dan alam adalah satu tubuh yang harmonis, seperti yang diyakini orang China kuno, lebih masuk akal daripada mentalitas peperangan yang diajarkan sistem komunis kepada saya. Saya telah belajar untuk menghargai alam dan menerima apa pun yang perlu saya alami.Ketika wabah penyakit menular terjadi, kita harus menemukan cara untuk mengatasinya, seperti yang telah dilakukan manusia selama ribuan tahun. Saat ini, kita memiliki teknologi canggih untuk mengendalikan situasi dengan lebih baik, juga melalui vaksin dan terapi. Tetapi kita juga harus mencoba meditasi dan pendekatan holistik lainnya untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh kita dan mencari penyesuaian dengan lingkungan kita.
Tampaknya Bapak Gates dan banyak rekan-rekan lain yang sepaham belum menemukan perdamaian dengan alam. Dengan menggunakan uang dan kekuasaan mereka, mereka ingin mencapai kemenangan penuh dalam perang melawan alam.
Saran saya kepada Bapak Gates, untuk cara yang lebih baik, adalah bahwa manusia bekerja bersama-sama dengan alam dan menemukan hubungan yang harmonis dengan alam. Jangan berperang dengan alam. Kita mungkin memenangkan pertarungan di sana-sini, tetapi kita tidak akan pernah menang dalam perang melawan alam. Omicron telah memainkan peran yang menentukan dalam membantu upaya manusia untuk mengakhiri pandemi, jadi bersyukurlah, terima kasih kepada alam atas hadiahnya, dan dengan senang hati kita move on.
Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah pendapat penulis dan tidak selalu mencerminkan pandangan dari The Epoch Times.
Joe Wang, Ph.D., adalah lead scientist untuk proyek vaksin SARS Sanofi Pasteur pada tahun 2003. Beliau sekarang adalah presiden dari New Tang Dynasty TV (Kanada), mitra media The Epoch Times.
Diterjemahkan secara bebas dari Pandemic Lessons Learned: Omicron Vs Bill Gates, Joe Wang, 28 Februari 2022.
“Gain-of-function" adalah proses dimana satu organisme mengembangkan kemampuan (fungsi) baru. Biasanya dalam konteks meningkatkan virulensi (kemudahan untuk menular) dari suatu patogen.
Worldview.