Beberapa waktu lalu, perusahaan penyedia jasa keuangan dalam praktek perbankan dan kartu kredit yang paling besar di dunia seperti Visa dan Mastercard mencoba membungkamkan dan menindas kelompok masyarakat Amerika yang berpegang kepada hak asazi dan kebebasan memiliki dan menggunakan senjata seperti yang ditetapkan di dalam Amendemen Ke-Dua Undang-undang Dasar Amerika, dengan menutup akun-akun sebagian besar produsen dan toko-toko senjata di Amerika. Sekarang Paypal yang sebelumnya juga sudah mengikuti jejak dari Visa dan Mastercard dengan tidak melayani transaksi jual beli senjata, mencoba melangkah lebih jauh lagi dengan mengeluarkan kebijakan dan peraturan baru di dalam praktek tiraninya.
Karena perkembangan bisnis yang sangat pesat dan meraksasa seperti ini, perusahaan-perusahaan liberal sayap kiri mulai berpikir bahwa hidup semua orang terletak di tangan mereka. Mereka beranggapan tanpa mereka dunia berhenti berputar. Mereka menjadi besar karena kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat, sekarang kepercayaan itu disalah-gunakan.
Tahun lalu, saat munculnya gerakan protes peraturan Covid besar-besaran dari para pengemudi truk di Kanada, TD Bank mencoba menjadi kaki-tangan tirani pemerintahan Justin Trudeau. TD Bank membekukan dana dan akun dari banyak nasabahnya yang bersimpati, memberi sumbangan atau yang terlibat langsung dengan gerakan protes itu. Paypal dalam beberapa hari terakhir mengeluarkan satu peraturan baru di dalam persyaratan penggunaan akun (Terms of Use) secara arbitrari (sepihak dan sewenang-wenang). Paypal menyatakan akan “mendenda” konsumennya sebesar 2.500 dolar Amerika bila konsumen yang bersangkutan dinyatakan menyebarkan “berita yang tidak benar/misinformasi”.
Peraturan ini dilihat dari kacamata manapun tidak bisa dibenarkan. Sejak kapan Paypal bisa bertindak seperti memiliki kekuasaan atas harta benda orang lain? Dan menentukan untuk mengambil uang orang berdasarkan tuduhan “berita yang tidak benar/misinformasi”. Bukankah tindakan ini bisa dikategorikan sebagai perampasan harta orang. Terlepas apapun yang dikatakan orang bersangkutan, baik itu benar ataupun salah, Paypal bahkan pemerintah sendiri tidak memiliki hak untuk merampas harta orang dikarenakan oleh apa yang dikatakan orang yang bersangkutan.
Mengenai “berita yang tidak benar/misinformasi” itupun memiliki definisi yang makin hari makin tidak jelas. Semata-mata hanya diartikan oleh pemikiran sepihak dari kelompok-kelompok radikal liberal sayap kiri yang hari ini menguasai Amerika. Dengan seenaknya kelompok-kelompok ini mengartikan dan menggunakan kata-kata yang dibuat-buat.
Dalam beberapa hari terakhir ini setelah peraturan baru itu dilaporkan oleh Daily Wire pada tanggal 7 Oktober kemarin, nilai perusahaan Paypal anjlok sebesar 6 miliar dolar Amerika dan unduh “membatalkan akun Paypal” di dalam mesin pencarian Google melonjak mencapai 1.300%. Paypal mencoba mengatasi kejatuhan nilai dan memperbaiki kerusakan akibat kebijakan barunya dengan membatalkan peraturan itu. Di kemudian hari, dikarenakan natur liberal sayap kirinya Paypal mungkin akan mencoba manuver radikalnya lagi entah dalam bentuk apa.
Walau menerima pukulan telak, Paypal tetap akan eksis dan mungkin akan kembali normal lagi di dalam praktek bisnis mereka. Kesemuanya itu dikarenakan kelompok atau individu konservatif yang dibenci oleh perusahaan semacam Paypal ini akan kembali lagi memakai jasa Paypal. Karena kelompok atau invididu konservatif yang walau bagaimanapun dilecehkan dan ditindas oleh perusahaan-perusahaan liberal sayap kiri ini sudah terbiasa dan tidak bisa meninggalkan kenyamanan yang ditawarkan. Dalam hal ini, menurut pandangan saya kelompok dan individu liberal sayap kiri malah lebih punya ketegasan di dalam menjalankan tujuan atau agenda mereka. Liberal tidak mau mendukung bisnis atau usaha yang bertentangan dengan nilai-nilai hidup mereka, kontras dengan kebanyakan individu dari kelompok konservatif.
Tapi bagi saya, cukup adalah cukup, menutup akun Paypal yang sudah berjalan lebih dari 15 tahun bukan berarti kiamat. Masih ada cara lain untuk melakukan transaksi, memang mungkin tidak senyaman sebelumnya. Tetapi bila masih mendukung perusahaan-perusahaan yang jelas-jelas menghancurkan nilai-nilai yang kita pegang, bukannya itu berarti terus menerus memberikan kekuatan kepada perusahaan-perusahaan seperti ini untuk mengambil alih kehidupan kita.
Opini penulis tidak mencerminkan pandangan Repikir.