Perawatan-perawatan Baru
Bulan lalu, FDA (Food and Drug Administration—Pengawasan Obat dan Makanan) merestui (Otorisasi Penggunaan Darurat) atas dua perawatan dini atas Covid-19, obat-obatan yang diterima melalui mulut. Ini merupakan satu langkah besar, per hari ini, tidak ditemukan pil farmasi yang diusulkan oleh FDA bagi mereka yang didiagnosa Covid-19 untuk pengobatan. Terapi standar medis untuk mereka yang baru didiagnosa hanya: berdiam di rumah, minum air dan memeriksa ke rumah sakit bila kondisi memburuk. Sekarang, setelah hampir 2 tahun, mereka yang didiagnosa dengan gejala dini Covid-19, bisa memperoleh resep pil pengobatan.
Sebagai latar belakang, ada dua pertimbangan uatama sebelum FDA memberikan dukungan kepada suatu Otorisasi Penggunaan Darurat sebagai upaya pengobatan: efektifitas dan keamanan. Dua perusahaan obat yang terlibat (Pfizer dan Merck) mengawasi percobaan-percobaan klinis dalam upaya menjawab kedua hal di atas.
Tercantum otorisasi resmi FDA atas Otorisasi Pneggunaan Darurat diperuntukkan kepada Paxlovid (Pfizer) dan Molnupiravir (Merck). Dalam dokumen-dokument itu, FDA menggarisbawahi bahwa tes-tes sudah dilakukan, menyangkut hasil-hasilnya, apa yang menjadi batasan-batasan dan kekuatian-kekuatiran yang timbul, dll.
FDA kemudian menghasilkan saran-saran yang lebih rinci kepada penyedia jasa kesehatan (para dokter) untuk Paxlovid dan Molnupiravir. Dokumen-dokumen ini memberikan gambaran jelas batasan-batasan penggunaan (sebagai contoh: tidak diperuntukkan untuk anak-anak), kemungkinan adanya efek buruk dari setiap obat-obatan (contohnya: jangan diberikan kepada wanita hamil, dll), kemungkinan konflik dengan obat-obatan lainnya (tidak banyak), dll.
EMPAT KUNCI UTAMA SEBAGAI PERTIMBANGAN
Semua tes yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan farmasi berupaya memperoleh persetujuan FDA (bukannya melalui sumber yang tidak berpihak),
Tidak dilakukan tes jangka panjang atas kedua obat ini (percobaan-percobaan yang dilakukan hanya berlangsung beberapa bulan saja),
Efek sampingan terhadap pasien yang mengidap penyakit lainnya (contohnya Parkinson) tidak dievaluasi, sehingga tidak diketahui dampak sampingannya, dan
Laporan efektifitas dari kedua obat tersebut [mereka yang akhirnya masuk rumah sakit atau meninggal: 88% dan 30%] sangat tidak pasti. (Perhatikan penjelasan ini untuk hal penting ini.)
Oke, acungan jempol untuk FDA yang memberikan para konsumen beberapa pilihan perawatan dini dalam kaitannya dengan Covid-19. Baik khususnya untuk mereka yang tidak harus dirawat di rumah sakit, sebagai terapi di rumah.
Akan tetapi, pertanyaannya adalah: bagaimana obat-obatan yang diusulkan FDA dibandingkan dengan obat-obatan yanng tersedia bebas dan generik -khususnya Ivermectin (IVM dan Hydroxychloroquine (HCQ) - yang juga dilaporkan keampuhannya untuk pengobatan dini bagi Covid-19?
Sebagai ilmuwan (ahlli medis), saya berusaha harus berhati-hati dala menganalisa data, bukan hanya harus akurat tetapi juga harus obyektif dan bisa dimengerti. Melalui pengertian itu, perhatikan tabel ini dimana saya mendampingkan Paxlovid dan Molnupiravir dengan IVM, HCQ dan tiga obat-obatan yang bisa diperoleh bebas. Perbandingannya menyangkut 20 faktor atas Covid-19 (efektifitas, keamanan, biaya, dll.)
HAL-HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
Paxlovid dari Pfizer dilaporkan sangat mujarab,
HCQ dan kurkumin memiliki kemujaraban yang sama dengan Paxlovid,
Molnupiravir dari Merck memilik tingkat kemujaraban yang rendah sekali,
IVM, vitamin D dan zat besi memilik tingkat kemujaraban jauh di atas Monulpiravir,
Paxlovid dan Molnupiravir memiliki lebih banyak dampak sampingan daripada yang lain, dan
Paxlovid dan Molnupiravir lebih mahal daripada obat-obatan generik.
DUA PERTANYAAN BESAR
A. Apakah penerapan pengobatan oral yang menjadi acuan Otorisasi Penggunaan Darurat dari Pfizer dan Merck ini sesuai hukum?
Perlu dicatat bahwa hukum federal (contohnya, ini dan ini) menjelaskan bahwa Otorisasi Penggunaan Darurat tidak bisa diberikan kecuali:
“Tidak ditemukan kelayakan, melalui persetujuan, dan keberadaan pilihan lain untuk produk [obat-obatan] yang bisa digunakan untuk diagnosa, mencegah atau merawat suatu penyakit atau keadaan.”
Data yang terdapat pada analisa ini terlihat memberikan indikasi ada “pilihan pengobatan alternatif dan memadai untuk perawatan” Covid-19. Kalau keadaan itu ternyata akurat, maka Otorisasi Penggunaan Darurat [yang digunakan Pfizer dan Merck] bisa dipertanyakan keabsahannya. [Catatan: Alasan-alasan yang jelas bahwa IVM, dsb tidak memperoleh “persetujuan” karena FDA berpihak dan tidak mengacu kepada ilmu pengetahuan dalam memberikan persetujuan. Baca poin “B” di bawah ini]
Lebih lanjutnya, kalau obat-obatan yang disetujui oleh FDA melanggar status federal, maka peninjauan atas Otorisasi Penggunaan Darurat FDA atas vaksin Covid-19 perlu diselidiki.
B. Kalau iya, kenapa IVM dan HCQ tidak diberikan persetujuan Otoritas Penggunaan Darurat juga?
Menimbang kepada 6 hal yang perlu dipertimbangkan di atas (ditambah dengan fakta bahwa HCQ dan IVM memiliki data studi yang berhasil lebih luas (mencapai 10 kali lipat) daripada yang dicapai oleh Paxlovid dan Molnupiravir), mengulangi pertanyaan sebelumnya, mengapa FDA tidak memberikan persetujuan Otoritas Penggunaan Darurat untuk IVM dan HCQ?
[Membandingkan informasi dari tabel, tidak terlihat alasan ilmiah dan alasan kesehatan yang bisa dibenarkan atas FDA yang tidak memberikan Otoritas Penggunaan Darurat baik bagi IVM dan HCQ.]
Jikalau FDA memberikan Otoritas Penggunaan Darurat kepada IVM dan HCQ, satu tahun lalu, pastinya ratusan ribu orang Amerika tidak akan menemui kematian.
Apa yang menjadi kebijakan FDA, prosedur dan pertimbangan yang berprioritas lebih daripada mencegah kematian ratusan ribu orang Amerika???
Untuk informasi yang lebih lanjut atas kasus Covid-19, kunjungi C19Science.info
Disadur dari C19Science.info melalui tulisan ahli media John Droz Jr. dan diterbitkan oleh DefendingTheRepublic.org