Lebih dari seratus tahun negara bagian New York memberlakukan hukum yang menindas hak konstitusi masyarakat dalam upaya mempertahankan diri dengan membawa senjata (concealed carry). Hari ini Mahkamah Agung Amerika Serikat mengembalikan hak konstitusi tersebut dan membatalkan hukum yang melanggar Undang-undang Dasar Amerika Serikat dalam Amendemen Ke-2 dan Amendemen ke-14.
Pembatalan hukum yang mewajibkan anggota masyarakat untuk bisa memberikan dasar dan alasan “kuat” untuk diperbolehkan membawa senjata dalam upaya menjaga diri ini telah mengakibatkan ledakan emosi dari kelompok-kelompok elit anti senjata di Amerika yang terdiri dari para politikus demokrat, selebritis, jurnalis dan tokoh-tokoh masyarakat yang entah tidak mengerti, bodoh atau memang bagian dari kekuasaan tirani. Mereka meluapkan kemarahan mereka di media sosial dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kalau benar-benar ditelaah sebenarnya bodoh dan tidak benar.
Kita ambil contoh twit yang dikeluarkan oleh Neal Katyal yang berprofesi sebagai ahli hukum [ironisnya tidak mengindahkan Undang-undang Dasar Amerika Serikat] mengatakan,
Terjemahan: “Akan sangat aneh jika Mahkamah Agung mengakhiri hak konstitusi untuk melakukan aborsi minggu depan, dengan mengatakan bahwa biarkan negara bagian bersangkutan yang memutuskan, sementara baru saja memberlakukan hak konstitusi untuk membawa senjata, dan mengatakan bahwa negara bagian tidak bisa memutuskan sendiri.”
Kenapa saya katakan tolol pernyataan dari seseorang yang mengaku berprofesi hukum seperti ini? Karena di dalam Konstitusi Amerika Serikat tidak ada satu katapun mengenai hak aborsi, tetapi hak setiap warga negara untuk mempertahankan diri dari tindakan kriminal dan khususnya penindasan pemerintah tirani dituliskan dengan jelas. Malahan kalau mau dijadikan perdebatan hak aborsi justru melanggar Konstitusi Amerika Serikat yang menyatakan setiap orang memiliki hak untuk hidup. Setiap orang disini juga termasuk bayi-bayi yang diaborsi.
Piers Morgan seorang jurnalis yang pernah menduduki posisi sebagai juri dalam show America Got Talent. Terjemahan: “Berita Hangat: Respon dari Amerika atas kejadian penembakan massal baru-baru ini malah membuat orang Amerika lebih mudah menggunakan senjata. Amendemen ke-2 sekarang diartikan sebagai hak untuk bersenjata sebagai bagian dari milisi sipil yang tidak teratur.”
Komentar saya atas pernyataan yang dikeluarkan oleh seorang Inggris yang mengalami kepahitan di dalam sejarah dimana kerajaan Inggris sebagai penindas berhasil diusir dari Amerika pada tahun 1776 dikarenakan kekuatan milisi sipil, menunjukkan kembali mentalitas penindasnya. Pernyataan Piers di atas telah mendakwa semua orang Amerika yang sekarang bersenjata sebagai pembunuh massal potensial. Penyesatan dilakukan dengan menyelewengkan kata “unregulated civilian militia (milisi sipil yang tidak teratur)”. Amendemen ke-2 menuliskan, “A well regulated Militia, being necessary to the security of a free State, the right of the people to keep and bear Arms, shall not be infringed.” “Milisi yang diatur secara benar, menjadi keharusan bagi keamanan dari negara bagian yang merdeka, hak masyarakat untuk memiliki dan menggunakan senjata tidak boleh dilanggar.” Itu merupakan satu kalimat yang menggunakan koma bukan titik, sehingga tidak bisa dipenggal-penggal untuk disesatkan dalam pengertian dasarnya.
Tidak heran gubernur dari kelompok demokrat Kathy Hochul juga ikut-ikutan bernyanyi, “Sangat keterlaluan saat negara sedang berusaha pulih dari kekerasan senjata, Mahkamah Agung secara gegabah membatalkan hukum negara bagian New York yang [sangat] membatasi siapa yang diperbolehkan membawa senjata.”
Gubernur dan politikus demokrat pada umumnya memang tidak senang masyarakat bersenjata bukan karena mereka peduli akan keselamatan masyarakat tetapi mereka kuatir kesewenang-wenangan kekuasaan mereka ditantang oleh masyarakat bersenjata. Perhatian dengan seksama kata-katanya,”membatasi siapa yang diperbolehkan membawa senjata tersembunyi”, yang berarti tanpa disadari menyatakan hanya orang-orang elit saja yang boleh mempertahankan diri dan masyarakat jelata tidak berhak mendapatkan hak itu.
Nicole Sandler, pembawa acara radio berkata, “Perhatian seluruh dunia: Sebuah peringatan. JANGAN BEPERGIAN KE AMERIKA. Jalan-jalan di Amerika tidak aman. Mahkamah Agung baru saja menyatakan bahwa siapa saja bisa membawa senjata, dimana saja, setiap saat. Jangan membelanjakan uang anda disini. Nyawa anda dalam bahaya saat anda keluar dari pesawat terbang. Sesungguhnya JAUHI AMERIKA.”
Satu ketololan lagi diperlihatkan disini. Menghasut masyarakat internasional dengan mengeluarkan pernyataan menyesatkan “siapa saja”. Mahkamah Agung tidak mengatakan siapa saja tanpa diskriminasi, Mahkamah Agung menyatakan masyarakat pada umumnya bukan ditujukan kepada para kriminal, yang diatur atau tidak diatur dalam hukum dan konstitusi tetap saja membawa senjata.
Sebagai catatan, saya pemilik senjata dan saya bukan orang yang sembarangan mengeluarkan senjata dan mengancam orang, atau bertingkah seperti koboi di jalanan. Dengan kesadaran konsekuensi hukum bila menggunakan senjata secara tidak bertanggung jawab masyarakat bersenjata di Amerika pada umumnya adalah masyarakat yang bisa dikatakan sopan.
Belum lama berselang saya mengunjungi salah satu pameran senjata terbesar di pesisir timur Amerika Serikat dimana pengunjung mencapai puluhan ribu. Tidak ada satupun di antara puluhan ribu kerumunan ini yang seperti digambarkan oleh para pendukung anti-senjata di atas. Malah saya menyaksikan sendiri saat berjejal-jejalan beberapa pengunjung tanpa sengaja bersinggungan dengan pengunjung lainnya dengan sopan minta maaf. Dan hal itu berkali-kali saya lihat hanya dalam satu kunjungan tersebut. Media sudah dengan liciknya menggambarkan semua pemilik senjata di Amerika sebagai orang-orang yang kasar dan memiliki potensi sebagai pembunuh massal, seolah mereka yang tidak bersenjata adalah orang suci.
Bila mau dipikirkan lebih dalam lagi, sebenarnya hukum di New York yang sudah merajalela selama lebih dari seratus tahun menguntungkan para kriminal terhadap masyarakat yang tidak bersenjata. Sementara para kriminal tidak terusik dan terpengaruh dengan hukum apapun yang diberlakukan tersebut. Sebenarnya para politikus dan pembuat hukum di negara bagian New York dan negara-negara bagian lain yang rata-rata dikuasai oleh partai demokrat jelas tahu dan menyadari bahwa hukum yang mereka buat justru merugikan anggota masyarakat biasa. Lalu kenapa mereka tetap lakukan dan mati-matian mempertahankan hukum semacam itu terus berlaku dan hukum serupa terus dikeluarkan? Saya serahkan kepada pembaca untuk dengan jeli menilai sendiri alasannya.
Di dalam satu tulisan sebelumnya saya menyampaikan data dari sumber pemerintah resmi yang mencatat jutaan kasus kriminal per tahun berhasil dicegah karena anggota masyarakat bersenjata sehingga tidak menjadi korban kejahatan.
Ada saja orang-orang yang mencampur-adukkan makna di dalam Amendemen ke-2 ke dalam pengertian hak bersenjata yang sekedar upaya pertahanan diri dari anggota masyarakat, dengan demikian para politikus dan pembuat hukum pelanggar Konstitusi mencoba melakukan berbagai cara yang sangat membebani masyarakat untuk bisa mempraktekkan hak konstitusi mereka. Salah satu yang dilakukan di California oleh para politikus dan pembuat hukum yang semuanya dari partai demokrat dengan membatasi jenis dan merek senjata yang boleh dimiliki masyarakat di samping banyaknya aturan-aturan hukum konyol yang dibuat-buat.
Para bapak pendiri negara Amerika menempatkan Amendemen ke-2 dalam Konstitusi dimaksudkan untuk menjadi tali kekang bagi pemerintah agar tidak menjadi penindas rakyat. Hak konstitusi dalam Amendemen ke-2 Amerika Serikat bukan untuk berburu binatang, dan bukan juga sekedar untuk menjaga rumah dari perampokan tapi yang paling terutama keberadaan Amendemen ke-2 adalah mencegah kelaliman pemerintah. Karena adalah pepatah mengatakan, “Absolute power corrupts absolutely.” “Kekuasaan yang mutlak, mutlak korup.” Thomas Jefferson, salah satu bapak pendiri Amerika dan mantan presiden Amerika ke-3 masa kepresidenan tahun 1801-1809 pernah mengatakan, “"When government fears the people, there is liberty. When the people fear the government, there is tyranny." “Bila pemerintah takut kepada rakyat, maka ada kebebasan. Saat rakyat takut kepada pemerintah maka muncul tirani.”
Sebagai penutup, ini twit dari gubernur munafik dan korup California Gavin Newsom.
Terjemahan: Suatu hari gelap di Amerika. Keputusan bahaya yang dikeluarkan Mahkamah tunduk kepada tekanan ideologi radikal dan melanggar hak negara bagian untuk melindungi masyarakatnya dari penembakan di jalanan, di sekolah, dan di gereja. Memalukan.”
Ha ha ha, saya tertawa mendengarkan ocehan dari seorang model gubernur yang korupsi, tolol dan sewenang-wenang, yang juga sangat tidak etik meniduri istri dari teman baiknya sendiri. Kata “infringing” atau “melanggar” itu tertulis jelas di dalam Amendemen ke-2 terhadap rakyat bukan ditujukan untuk negara bagian. Duh!. Apakah sudah lupa peristiwa penembakan Uvalde di Texas belum lama ini, dimana polisi gagal bahkan tidak bersedia menyelamatkan 19 anak-anak yang akhirnya tewas mengenaskan disaksikan oleh guru mereka yang juga ditembak dua kali? Walau anak-anak kecil tersebut memohon memelas di telpon untuk medapatkan pertolongan, para polisi itu yang bersenjata lengkap dan mengenakan jaket anti peluru tidak berani atau tidak mau masuk untuk menghentikan pembantaian yang berlangsung lebih dari satu jam. Berkali-kali para petugas kepolisian gagal mencegah atau menghentikan kejahatan yang berlangsung. Hanya para korban yang bisa menyelamatkan diri sendiri dalam banyak kasus.
Untuk lebih lengkapnya twit-twit tolol [menurut saya] dapat dilihat di link ini.
Tulisan ini semata-mata pandangan penulis dan tidak mencerminkan pandangan dari Repikir.